PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Selama 31 tahun sudah 27 negara di Eropa ini menghimpun diri. Kini, negara yang bergabung menjadi Uni Eropa (European Union) tersebut menghadapi tantangan yakni bagaimana memulihkan perekonomian negara-negara yang masuk ke dalam persekutuan tersebut.
“Tantangan yang dihadapi Uni Eropa adalah masalah pemulihan ekonomi, migrasi dan penduduk yang mencari suaka ke negara lain, masalah penduduk, perubahan iklim dan transisi hijau, transformasi digital, perubahan demografi dan masalah penduduk lanjut usia, dan penggunaan kebijaksanaan dan reformasi kelembagaan,” ujar Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Dr. Vincent Piket dalam kuliah umum di Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Jumat (23/6/2023).
Dalam kuliah umum bertajuk “Ambassador Lecture on European Union”, Dr.Vincent Piket menyebutkan, Uni Eropa (UE) dengan 27 negara anggota memiliki luas wilayah 4 juta km persegi dengan penduduk 447 juta lebih. UE memiliki pertumbuhan produk domestik (Gross Domestic Product-GDP) sekitar $16,6 triliun pada tahun 2022, satu dari enam DGP ekonomi global.
“Jumlah itu merupakan 14% dari total perdagangan dunia,” ujar Vincent Piket dalam kuliah umum yang dihadiri Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc, Sekretaris Unhas Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, Wakil Rektor I Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes, Ph.D, Sp.BM(K), dan sejumlah dosen, alumni Negeri Belanda, dan mahasiswa Unhas.
Dr. Piket mengatakan, pertumbuhan produk domestik UE itu merupakan tiga terbesar dalam perdagangan global. UE didukung oleh populasi yang memiliki budaya, tradisi, dan 24 bahasa yang berbeda. Pada tahun 2012 UE memperoleh Hadiah Nobel untuk kontribusinya pada rekonsiliasi dan perdamaian.
“UE merupakan pintu gerbang global untuk lalu lintas barang, orang, dan pelayanan di seluruh dunia,” ujar doktor lulusan Redboad University Nijmegen, Nederland tersebut sambil menambahkan, Juli 2022, UE juga membantu Unhas dalam proyek penguatan dan peningkatan kapasitas staf rumah sakit melawan pandemi Covid-19. Tujuan dari proyek ini untuk meningkatkan dua orang staf dosen dan rumah sakit Unhas menghadapi pandemi pada masa mendatang. Unhas dan Universitas Brawijaya memperoleh “loan” dari UE sebesar Euro 10 juta.
Menurut Piket, setiap tahun 900 beasiswa disediakan Uni Eropa bagi mahasiswa Indonesia, misalnya di Negeri Belanda dan anggota Uni Eropa lainnya. Jumlah itu yang terdistribusi 112 di Negeri Belanda, Prancis 77, Irlandia 1, Belgia 30, Swedia 10, Polandia 38, Hungaria 100, Italia 13.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. JJ mengatakan, sebagai perguruan tinggi, Unhas memiliki komitmen meningkatkan kualitas, keberkelanjutan dan menjadi semangat universitas sejak didirikan tahun 1956. Sebagai PTN terbesar dengan berbagai capaian tidak hanya di bagian Timur Indonesia, tetapi berbagai langkah strategis terus dioptimalkan. Salah satunya dengan memperluas kemitraan berbagai pihak.
“Kita harapkan pemerintah Uni Eropa bisa memberikan peluang kolaborasi dalam berbagai bidang utamanya sektor pendidikan,” harap Prof. JJ kemudian menambahkan, upaya internasionalisasi terus dilakukan dengan memperluas kemitraan berbagai pihak. Selama ini, Unhas terus berupaya secara optimal hadir di tengah masyarakat sesuai kapasitas yang dimiliki.