Buku “Rihlah ke Mancanegara” Ahmad Sewang Diluncurkan

Bagikan:

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – “Rihlah (lawatan) ke Mancanegara,” demikian judul buku Guru Besar UIN Alauddin Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA yang diluncurkan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin, Kamis (24/8/2023) siang. Dr. H. Bersihannor, MA, Akademisi UIN Alauddin menjadi pembicara tunggal dalam acara peluncuran buku yang dimoderatori tuan rumah Dr. H. Firdaus Muhammad, Dekan FDK UIN Alauddin.

Buku setebal 108 halaman dan diterbitkan Pustaka Taman Ilmu Makassar ini bercerita tentang perjalanan penulis ke berbagai negara, seperti ke Negeri Belanda, tempat penulis selama setahun pernah meneliti. Negara lain yang juga disambangi adalah Prancis, Australia, Iran, Malaysia, Brunei Darussalam, Turki, Arab Saudi, Amerika Serikat, Kairo (Mesir), Jepang, Inggris, dan India. Catatan-catatan mengunjungi negara-negara tersebut termuat di dalam buku ini.

Hanya saja, sebagai laporan perjalanan, konten buku ini hanya membahas secara sepintas tentang aktivitas penulis di negara-negara yang dikunjungi. Satu tulisan yang menarik justru ada pada halaman 40 di bawah judul “Apakah C.Snouck Hurgronje Seorang Muslim?”, juga sedikit memerlukan latar belakang sejarah.

Prof. Ahmad M. Sewang mengisahkan pertemuannya dengan Prof. Dr. Karel Steenbrink, salah seorang missiology Katolik, yang mengundangnya menyaksikan upacara keagamaan Tarekat Naqsabandiah di Masjid Ridderkerk, tidak jauh dari Kota Rotterdam. Masjid ini merupakan bantuan Pemerintah Belanda yang sekuler dan disebutnya bukan sebagai bantuan keagamaan, melainkan bantuan kebudayaan.

“Sebelum ke Ridderkerk, lebih dahulu kami dibawa ke kuburan Snouck Hurgronje di Leiden. Saya juga bertanya, apakah dia (Hurgronje) muslim atau bukan ?,” tulis Prof. Ahmad M. Sewang.

Prof. Steenbrink menjelaskan, Hurgronje pernah masuk Islam ketika ditugaskan Hindia Belanda sebagai diplomat di Jeddah. Di sana dia masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Gafar. Nama ini membuat Hurgronje bebas masuk Kota Suci Mekkah, yang haram bagi orang nonmuslim.

Baca juga :  Polri Paparkan Pengamanan dan Penanganan Bencana 91 Command Center Bali ke Deputi Sekjen PBB

“Sampai menjelang kematiannya belum pernah terdengar keluar dari Islam. Jika dia muslimin bukanlah muslim yang baik karena tidak pernah melaksanakan kewajiban agamanya sebagai muslim, seperti salat. Jika dia Kristen, ia pun Kristen tidak baik sebab tidak pernah ke gereja,” tulis Ahmad M. Sewang.

Pada saat Hurgronje meninggal, masih menurut Steenbrink yang diungkapkan Ahmad M. Sewang, jenazahnya diselenggarakan berdasarkan upacara Islam Ahmadiah karena Ahmadiah-lah yang pertama memperkenalkan Islam di Belanda.

Simpulan Steenbrink, menurut Ahmad M. Sewang, Hurgronje adalah muslim bermazhab Murjiah, yakni mazhab yang menganggap jika seseorang sudah bersahadat (dianggap Islam) walaupun belum menjalankan kewajiban Islam lainnya.

Yang tidak kalah menarik bagi Ahmad M. Sewang, ternyata Prof. Steenbrink ikut masuk ke dalam masjid, mengikuti tamunya yang menunaikan salat tahiyatul masjid. Tidak hanya itu, Steenbrink juga menunaikan salat penghormatan masjid tersebut.

“Kenapa Bapak juga ikut salat ?,” Ahmad M. Sewang bertanya melihat Prof. Sreenbrink juga ikut menunaikan salat. “Salat lebih baik daripada saya langsung duduk,” jawab Steenbrink diplomatis yang dipahami Ahmad M. Sewang sebagai gambaran keberagaman di Negeri Kincir Angin itu.

Informasi tentang Snouck Hurgronje ini termasuk mungkin baru. Hanya saja bagi pembaca awam perlu mengetahui hubungan Hurgronje dengan Indonesia, khususnya Aceh. Sisi ini yang kurang terungkap di dalam tulisan tersebut.

Hurgronje sebenarnya “sangat berjasa” kepada umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah rukun Islam kelima di Tanah Suci. Pasalnya, setelah orang Aceh kembali menunaikan rukun Islam tersebut harus menambahkan kata “haji” (H) di depan namanya.

Kata itu (hajjah bagi perempuan) hingga kini melekat di depan nama orang Indonesia yang sudah menunaikan rukun Islam kelima itu. Tambahan “haji” tidak ditemukan pada nama orang muslim yang sudah berhaji pada sejumlah negara lain di dunia.

Baca juga :  Rapat Persiapan Musprov IARMI Sulsel

Bagi rakyat Aceh penambahan satu kata tersebut mungkin merupakan suatu kehormatan dari seorang Hurgronje. Namun pihak Hindia Belanda, negara asal si Hurgronje itu, penyematan satu kata itu sebenarnya dimaksudkan memudahkan pihak Belanda mengidentifikasi mereka yang baru kembali dari Tanah Suci dan berpikiran maju jika suatu saat berkomplot melakukan hal-hal yang tidak menyamankan Hindia Belanda.

Kemudian berkaitan dengan makam Hurgronje, akan sangat menarik jika Prof. Ahmad M. Sewang sedikit mendeskripsi keadaan malam itu. Yang terpenting, apakah ada simbol pada makam tersebut yang dapat memberi gambaran kepada para peziarah bahwa Hurgronje adalah seorang muslim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Primkoppol Resor Soppeng Gelar RAT Tahun Buku 2024

PEDOMANRAKYAT,SOPPENG – Primair Koperasi Kepolisian (Primkoppol) Resor Soppeng menggelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2024 di Aula...

Mengedukasi Siswa, Satlantas Polres Soppeng Goes To School

PEDOMANRAKYAT ,SOPPENG - Dalam upaya mengedukasi Siswa (wi) tentang pengetahuan tertib berlalulintas di jalan raya,Satuan Lalu Lintas (Satlantas)Polres...

Konsul RI Tawau Terima Kunjungan Tim Misi Diplomasi Sepak Bola dari Kalimantan Utara

PEDOMANRAKYAT, TAWAU - Pekan lalu, Jumat 31 Januari 2025, Konsul RI Tawau, Aris Heru Utomo, menyambut kedatangan tim...

Yusup Rombe Serahkan Bantuan Kemanusiaan Korban Tanah Longsor di Toraja Utara

PEDOMANRAKYAT, TORAJA UTARA, - Ikatan Keluarga Toraja Mimika (IKTM) Kabupaten Mimika bersama rombongan berikan bantuan kemanusiaan kepada warga...