“Artinya, saya tidak akan pernah membeli suara, kalau pun ada nanti yang saya memberi sesuatu itu setelah pilcaleg 2024,” ungkapnya.
Shinta Mashita Molina diketahui pernah belajar kepada almarhumah mendiang ibu Zohra Andi Baso adalah aktifis perempuan di jamannya. “Saya diajarkan oleh Almarhumah yaitu, walau pun kamu sendiri, bikin yang beda dari orang lain, bikin branding dirimu sendiri yaitu kamu adalah Shinta,” sahutnya menirukan ucapan ibu Zohra Andi Baso.
Pada saat itu, ibu Zohra Andi Baso menjelaskan lagi, kau itu bukan Shinta yang ikut dengan si A, si B, dan lainnya. Jangan pernah bersandar kepada pohon beringin karena kalau tumbang kamu mau kemana Shinta, kata Almarhumah Zohra Andi Baso.
“Sewaktu saya jadi anggota DPRD itu banyak belajar dari dia (Zohra Andi Baso, red), mendiang itu perhatian dengan saya, mungkin pada saat itu saya masih muda, 25 tahun sudah jadi anggota DPRD,” katanya lagi.
Saat itu ibu Zohra lebih banyak mengajarkan kepada saya terkait bagaimana seharusnya anggota dewan itu bersikap, apa lagi dulu itu banyak anggota dewan hanya di tunjuk saja misalnya dari Dharma Pertiwi, Dharma Wanita, alias bukan murni dari partai atau organisasi.
“Nah kalau saya memang murni didorong dari organisasi untuk masuk di DPRD, setelah duduk di DPRD Minsel pasti sudah berubah lah. Kalau saya sih Alhamdulillah selalu mau mentoring dengan para senior,” kilahnya.
Saat ditanya oleh media ini terkait fenomena kekeringan dan pemadaman bergilir yang terjadi di Kota Makassar, Shinta Mashita Molina mengatakan, air bersih itu bukan cuma air ledeng, jadi yang harus dilakukan adalah membuat sumur-sumur alternatif.
Menurutnya lagi, sekarang ini kan sudah canggih, kenapa tidak kita membuat penyulingan air laut menjadi air bersih, “Masyarakat harus tahu, anggaran APBD Kota Makassar ini sangat besar, untuk membeli mesin penyulingan air laut menjadi air tawar, Pemkot Mampu kok,” sahutnya.
Mudah-mudahan Pilcaleg 2024 mendatang bisa berlangsung secara jujur dan adil (jurdil) seperti slogan Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun rasa-rasanya jauh dari ekspektasi, cuma politisi perempuan dari PKB ini berharap masyarakat bisa belajar dari pengalaman yang lalu.
Kapasitas seorang calon anggota DPRD itu harus dipertimbangkan, karena kalau kita membiarkan mereka bekerja dengan ‘money politics’ itu sama saja masyarakat mengajarkan caleg yang tidak profesional di bidangnya, tandas Ketua LPM Baji Mappakasunggu Kecamatan Mamajang itu.(Hdr/And)