PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menggelar Seminar Nasional dengan mengusung tema “Berkhidmat untuk Umat : Menuju Pengelolaan Keuangan Haji yang Profesional, Transparan, dan Akuntabel”, yang diselenggarakan di Baruga Prof Dr Baharuddin Lopa SH Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Tamalanrea Indah, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (03/11/2023) sekira pukul 14.30 Wita.
Dalam arahannya saat tampil sebagai pembicara pembuka, Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, M.Sc mengungkapkan, dirinya merasa bangga bisa tampil sebagai pembicara yang pertama dalam kegiatan ini.
"Seperti kita ketahui bersama, tugas dari BPKH itu sangat mulia, urgent, mengingat dana umat yang begitu besar, sehingga pengelolaan yang transparan sangat dibutuhkan. Saya juga memberikan masukan kepada nara sumber, yaitu hal ini bagus untuk di kaji yang akan menjadi bagian dari upaya bersama, agar dana umat ini bisa memberi kontribusi yang signifikan dalam mengawal bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045." jelasnya.
Lanjut Rektor Unhas yang akrab disapa Prof JJ itu, tentu dana umat ini sekaligus akan menjadi bagian dari modalitas kita dan sumber duplikasi juga sebagai solusi dari berbagai tantangan yang kita hadapi, baik itu di dunia kampus maupun di tengah-tengah masyarakat.
"Dana umat yang begitu besar ini, perlu dipikirkan bagaimana mengoptimalkannya. Saya tahu (sembari, mengingatkan kepada pak Wamenag, red), ini sudah menjadi informasi umum yaitu, sebenarnya di Indonesia ini angka partisipasi kasar untuk jumlah mahasiswa atau jumlah tamatan SMA yang masuk kuliah itu masih relatif sedikit," sebutnya.
Prof JJ pun bertanya, ini kenapa bisa generasi yang harusnya menjadi generasi emas pada 2045, kok enggak kuliah ?. Mungkin salah satu penyebabnya yaitu tidak ada duit, disatu sisi ada dana umat yang begitu banyak nongkrong disini (di BPKH, red). Kenapa tidak hal ini dijembatani kekurangan yang sebenarnya dibutuhkan oleh Indonesia di 2045 kedepannya.
Menurutnya, dalam mengawal Indonesia emas itu bukan dengan hal yang pasti terjadi, namun dengan harapan dan asumsi yaitu, kita mengoptimalkan semua sumber daya yang ada termasuk sumber keuangan.
"Kalau pimpinan Universitas selalu mengeluh, katanya wah.. uang nggak cukup, tapi sesuatu yang membuat kami resahkan yaitu, kenapa kok masih banyak pemuda-pemudi Indonesia yang tidak kuliah, kurangnya apa," tanya Prof JJ lagi.
Memang kalau ke Unhas, tidak bisa masuk semua, karena daya tampung kampus yang dijuluki sebagai kampus merah itu, juga terbatas. "Itu pun kami masih dikomplain juga oleh Universitas Swasta dengan mereka mengatakan kenapa Unhas terima begitu banyak mahasiswa, yah saya katakan itu tidak seberapa yang kita terima, karena yang mau masuk ke Unhas itu banyak sekali," paparnya.
Tambah Prof Jamaluddin Jompa, jumlah mahasiswa yang diterima di Unhas itu lebih kurang 8000 orang, sementara peminatnya menyentuh angka 50.000 orang. Banyak yang mau masuk ke Unhas, namun kursi terbatas, akhirnya terdistribusikanlah mereka ke Universitas Swasta.
"Namun, sekali lagi saya katakan yaitu, jauh lebih banyak jumlah anak-anak muda yang tidak kuliah, inilah yang merupakan pekerjaan rumah dari nara sumber saya dari Unhas, mohon dipikirkan ada nggak jalannya terkait hal ini," kata Jamaluddin.
"Hingga saat ini, belum ada lembaga negara yang serius mengurusi kekurangan uang untuk menutupi atau meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) orang-orang Indonesia untuk bisa kuliah," pungkas Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, M.Sc. (Hdr)