Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Profil Singkat dan Perjalanan Demmatande Pejuang Asal Mamasa

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Serangan pertama tentara Belanda ke Benteng Salu Banga terjadi pada tanggal 11 Agustus 1914, yang penyerangan ini dipimpin oleh Komandan Detasemen Vraagan seorang perwira tentara Belanda. Serangan dengan tembakan beruntun dalam waktu lama itu berhasil dipatahkan oleh pasukan Demmatande.

Dalam laporan berbahasa Belanda, dalam catatan Sejarah Perjuangan Demmatande (W.M. Manala, 1987), Y. Van Driil mengakui kalau memang tentara Belanda dipukul mundur oleh pasukan Demmatande di Paladan.

Serangan kedua ke Benteng Salu Banga dipersiapkan. Sebelum serangan kedua itu tiba, tentara Belanda merasa perlu meminta bantuan sejumlah personil ke Majene dan Makassar. Serangan kedua ini dengan kekuatan sebanyak 180 personil tentara Belanda.

Tepat tanggal 9 Oktober 1914, serangan kedua dilancarkan yang dipimpin oleh Loys Coortes. Serangan kali ini, tentara Belanda lebih kuat lantaran adanya dukungan pasukan dengan jumlah yang lebih banyak dibanding pada serangan pertama. Melihat ini, Demmatande dan pasukannya tak gentar.

Saat baku tembak berlangsung, tiga orang tentara Belanda tewas. Paling naas, seorang
tentara Pembantu Letnan Belanda terluka oleh tembakan pasukan di Paladan. Perang ini berlangsung selama beberapa hari, dan akhirnya tentara Belanda berhasil dipukul mundur oleh pasukan Demmatande. Kegagalan yang kedua kalinya.

Serangan Belanda Terus Berlangsung

Sebelum melakukan serangan ke Paladan yang ketiga kalinya, pihak Belanda mengumpulkan lebih banyak pasukan perang. Belanda mendatangkan tambahan pasukan dari Mamuju, Enrekang, Parepare, dan Makassar.

Total tambahan kekuatan Belanda sebanyak 300 tentara. Sebelum menyerang, Belanda menyusupkan mata-mata untuk mengintai, menelisik, dan memahami situasi termasuk taktik pasukan Demmatande di Benteng Salu Banga.

Pekerjaan mata-mata oleh Belanda di Paladan berhasil. Laporan detail terkait kekuatan dan kelemahan Demmatande telah dikantongi pihak Belanda. Salah satunya yang diketahui oleh Belanda adalah Demmatande dan pasukannya yakni mengalami kekurangan bahan makanan. Akibat dari ini, sebab keadaan saat sebelum dilakukan penyerangan baru sedang musim paceklik. Menyiasati keadaan demikian, Demmatande memerintahkan kepada beberapa sayap pimpinan dan anggota pasukannya untuk keluar dari benteng di Paladan untuk mencari bahan makanan.

Baca juga :  Atlet Triathlon Kodam XIV/Hsn Kembali Ukir Prestasi Membanggakan di Event Geopark Half Marathon 2023

Hal ini berarti, dalam Benteng Salu Banga ketika itu hanya terdapat beberapa pasukan. Keadaan demikian ini diketahui oleh pihak Belanda dan sekaligus dimanfaatkan sebagai momentum terbaik melakukan serangan baru serangan kali ketiga.

Setelah strategi dianggap matang, pada tanggal 20 Oktober 1914, tentara Belanda melancarkan serangan ke Benteng Salu Banga di bukit Paladan. Serangan ini dilakukan pada malam hari. Saat perang
berlangsung, pasukan yang berada di luar benteng tidak lagi dapat masuk kembali ke benteng untuk bertahan. Pertempuran dahsyat berlangsung selama empat hari empat malam.

Meski kondisi lemah dengan jumlah pasukan yang minim, Demmatande tetap bertahan dan terus melayani serangan tentara Belanda. Demmatande menyerukan kepada pasukannya “pantang menyerah dan tidak kenal menyerah, baik yang ada dalam benteng maupun yang di luar benteng”.

Di luar benteng, salah seorang pasukan yang bernama Poko’, yang akan menyuplai bahan makanan ke dalam benteng kena tembak dan meninggal di tempat. Praktis, pertahanan di luar benteng telah mampu diporakporanda oleh tentara Belanda, lalu dengan begitu pasukan Belanda secara perlahan berhasil menembus pertahanan Benteng Salu Banga.

Dari 30 pasukan Demmatande di dalam benteng, 24 orang diantaranya tertembak mati, termasuk Demmatande bersama istrinya dan salah seorang anak angkatnya yang bernama Tandi Gego. Tandi Gego’ saat itu baru berumur 10 tahun. Diketahui, ia adalah adik Lento Langi’ Paotonan.

Peristiwa itu terjadi tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1914. Di pihak Belanda, diperkirakan sekitar 170 orang tentara yang tewas di sekitar dan di dalam Benteng Salu Banga. Atas korban yang meninggal itu, sebagian
dimakamkan di sekitar benteng dan selebihnya dimakamkan di Pekuburan Marsosei di Banggo, Mamasa, dan ada juga yang dibawa ke Polewali untuk
dimakamkan di sana.

Baca juga :  Kunker Ke Makassar, Menhan RI Prabowo Apresiasi Kinerja Keras Pangdam XIV/Hsn Beserta Jajaran

Sepeninggal komandan pasukan Demmatande, tentara Belanda telah mulai menguasai Benteng Salu Banga. Di dalam benteng, tentara Belanda menangkap anak Demmatande yang baru berumur enam tahun dan beberapa anak-anak lainnya. Setelah penaklukan Benteng Salu Banga oleh tentara Belanda, rekan-rekan seperjuangan Demmatande yang masih hidup tetap melanjutkan perlawanan terhadap tentara Belanda dengan cara gerilya.

Rekan-rekan seperjuangan Demmatande yang masih hidup antara lain Deppalana (saudara Demmatande), Pua’ Sela (dari Karakean, Bambang), Pua’ Tallue, Tandi Bali, Demma Musu’, Demmarantang (paman Demmatande), dan Demmajannang yang kemudian membangun Benteng Burekkong di kampung Matangnga (kini Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar).

Pada bulan November 1914, Demmarantang atau Daeng Marantang dan pengikutnya, melakukan penyerangan terhadap Belanda di Mamasa. Belanda kemudian menyusun siasat untuk menangkap Demmarantang. Siasat ini berhasil.

Setelah Demmarantang ditangkap, ia kemudian diasingkan ke Polewali, hingga akhirnya ia meninggal dengan cara yang tragis, ia bunuh diri dengan cara meminum racun. Demmarantang memilih cara demikian sebab ia tidak rela dirinya dibuang ke Nusakambangan.

Pada bulan Maret 1915, tentara Belanda menyerang Benteng Puang. Benteng ini dibangun oleh Demma Musu’, Tandi Bali, Deppalana dan kawan-kawannya. Pada bulan Juni 1915, dari Benteng Puang, Deppalana Cs melakukan penyerangan balik terhadap sebuah patroli tentara Belanda.
Perlawanan pasukan rakyat berlangsung tanpa henti. Di Matangnga, Demmajannang terus melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda, meski akhirnya Demmajannang tertangkap di Benteng Burekkong akibat siasat perang tentara Belanda.

Perlawanan Pua’ Sela di Benteng Karakean, Bambang. Andola juga melakukan perlawanan di Benteng Tanete Ulusalu. Tentara Belanda kemudian berhasil menangkap Andola lalu dibawa ke Polewali untuk diadili. Di perjalanan, di sekitar daerah Sumarorong, Andola melakukan perlawanan sehingga ia ditembak mati oleh tentara Belanda.

Baca juga :  Jelang Nataru 2022, Polres Pelabuhan Makassar Intensif Patroli Gereja dan Tingkatkan Kewaspadaan

Demikian cerita singkat sang pejuang Demmatande melawan penjajah kolonial Belanda, yang ditulis oleh penulis senior asal Kabupaten Mamasa, Sarman Sahuding Ali pada kegiatan 100 th Years of the Spirit. Memperingati 100 tahun semangat Demmatande Cs dan Perjuangan Kemerdekaan di Benteng Salu Banga, Paladan, Kecamatan Sesena Padang, Kabupaten Mamasa pada 24
September 2014. (*)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Kodim 1408/Makassar Gelar Patroli Gabungan Ciptakan Kota Aman dan Damai

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kodim 1408/Makassar bersama unsur TNI dan sejumlah organisasi masyarakat (ormas) melaksanakan Apel Bersama Pemberangkatan Patroli...

IKA IPA 9-10 Smansa 82 Gelar Lomba Karaoke, Fikry Syahrir Juara I dan Lynda Ikhsan Juara 2 serta Eni Rais Juara 3

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Pengurus Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Makassar Angkatan 1982 (IKA Smansa 82) menggelar kegiatan lomba...

Koramil 1408-01/Ujung Tanah Bersama Pemerintah Kelurahan Tabaringan Gerakkan Karya Bakti

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Koramil 1408-01/Ujung Tanah bersama pemerintah kelurahan dan warga masyarakat melaksanakan kegiatan Karya Bakti berupa pembersihan...

Yopita : Saya Bicara Fakta Bukan Fitnah, dan Saya Akan Laporkan Balik Atas Tuduhan Korupsi

PEDOMANRAKYAT, TORAJA UTARA - Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Toraja Utara Yopita Sampe Allo merasa diperlakukan tidak sopan...