Catatan dari Seminar Nasional FH Unhas: Ada RT Batal Coblos Kecewa Tiada Serangan Fajar (5)

Bagikan:

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Menurut Endang Sari, pada masa kampanye saat ini para caleg, mendatangi masyarakat. Apakah kita pernah mendengar dalam siaran TV yang kita tonton yang melintas di aplikasi medsos kita misalnya, ada kampanye yang bicara soal gagasan dan kontroversi soal usia yang terlalu menonjol di antara para capres dan cawapres kita atau caleg-caleg kita tingkat kota dan provinsi di DPR kita. Apakah ada yang menonjol di antara para caleg tersebut. Aksi-aksi lapangan mereka. Apakah politik gagasan itu terasa menonjol dalam kontestasi kita kali ini. Itukan menjadi pertanyaan kita dan rasa-rasanya belum menonjol.

Belum ada lembaga yang kemudian menggaungkan kita dan konsisten menguji para calog yang menguji bahwa itu gagasan mereka. Bahkan parahnya dengan waktu 75 hari masa kampanye, habis energi kita bicara soal capres dan cawapres. Habis energi kita dengan polarisasi dengan keberpihakan itu. Tapi adakah yang mengkritik bagaimana sebenarnya gagasan yang dibawa dari para caleg di DPR RI. Siapa calon kita yang mengajukan diri untuk DPD. Siapa yang mengajukan diri di tingkat provinsi. Dan yang lebih parah di tingkat Kota Makassar.

Pengalaman pada tahun 2019, tensi pemilu untuk pilpres itu tinggi. Tapi ada banyak sekali yang tidak memilih ketika terkait dengan anggota legislatif kota, provinsi, dan pusat. Pemilih kita gamang. Dalam pilpres mereka sudah tahu siapa yang mereka pilih, tapi gamang siapa sebenarnya yang mereka pilih untuk calon legislatif? Ini yang belum terasa dalam pemilih kita, sementara waktu berjalan terus. Kampanye sisa 67 hari masih ada waktu mendengarkan dan berdialog dengan mereka.

Harapan kami adalah teman-teman mahasiswa harus yang terdepan menjadi pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan cerdas, bijaksana dan kemudian mendorong partisipasinya menjadi lebih berkualitas. Pemilu 2024 harus berbeda dengan pemilu sebelumnya karena gelombang kaum muda saat ini luar biasa. Saya kira banyak hal yang bisa berubah selama 70 hari ini. Kalau hari ini kita mendengarkan banyak hasil survei yang sudah beredar, itu di termin sekarang. Mereka belum berbicara pada 14 Februari 2024. Proses ada suara mengambang yang sudah menentukan pilihannya itu banyak sekali bisa terjadi. Kita punya ruang, tempat daya kritis mahasiswa menjadi baik dalam menentukan pilihannya. Kita tidak diderek oleh hasil lembaga survei misalnya.

Baca juga :  Hingga Awal Mei, BPJS Ketenagakerjaan Sinjai Bayar Klaim Rp 10,5 Miliar

“Sebab pengalaman kami seperti ini. Jangan sampai teman-teman akan menentukan pilihan berdasarkan apa yang menjadi hasil lembaga survei. Jadi jangan seperti itu karena mereka hanya merekam situasi sekarang dan belum kenyataannya. Jadi, mohon mahasiswa bebas untuk memilih siapa pun yang menurut teman-teman paling pantas untuk menjadi pemimpin kita menjadi wakil kita,” ucap Endang Sari.

Mewujudkan negara yang demokratis ditentukan bagaimana pemilih tersebut bijaksana menggunakan pilihannya. Pada akhirnya tujuan demokrasi adalah mewujudkan kesejahteraan bersama. Pemilu jalan menuju ke kesejahteraan bersama. Adanya kebebasan berpendapat, rakyat aktif dalam berpolitik dan pemerintahan, rakyat terlibat dalam kebijakan dan pengambilan keputusan.

Muaranya adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Makanya ada pemilu karena ketika negara ini menjadi negara yang demokratis, maka konsekuensinya adalah sirkulasi kepemimpinan itu berdasarkan pilihan rakyat, bukan berdasarkan titisan darah. Bukan berdasarkan warna darahhya.

Tidak ada titisan darah dalam pemilu negara yang demokratis. Semua orang dilihat sama. Semua orang warna darahnya sama, tidak berbeda. Siapa pun dia selama dia memiliki kemampuan bisa mengajukan diri untuk menjadi pemimpin, menjadi wakil rakyat.

Ini yang menjadikan ciri negara demokrasi yang membedakannya dengan yang lain. Keluarga raja otomatis akan menjadi pengganti raja tersebut, itu di negara monarki. Bagi mereka yang lahir dari rakyat jelata, mohon maaf tidak bisa menjadi pemimpin karena Anda bukan dari garis keturunan raja. (MDA/ Bersambung).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

JPN Kejati Sulsel Menangkan Sengketa Pilkada di MK, Hanya Gugatan Pilkada Palopo yang Berlanjut

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Jaksa Pengacara Negara (JPN) pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kejati Sulsel) bersama sembilan Kejaksaan Negeri...

Kegagalan 145 Siswa SMAN 17 Makassar di SNBP 2025, Legislator Desak Investigasi Mendalam

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Sebanyak 145 siswa kelas XII SMAN 17 Makassar gagal mendaftar dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi...

Jadwal Siaran Langsung Bola Hari Ini 5, 6, 7 Februari 2025, Pertandingan Seru Malam Ini

PEDOMANRAKYAT - Malam ini, para penggemar sepak bola akan disuguhkan dengan berbagai pertandingan seru dari berbagai liga domestik...

Intip Harga Jersey Timnas Indonesia, Termurah 190 Ribuan Termahal Tembus Jutaan

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Timnas Indonesia akhirnya meluncurkan seragam baru yang akan digunakan pada laga tandang mereka melawan Australia...