“Di UMI, sudah kita yakini bahwa basis tata kelola kita adalah jamaah. Gunakanlah prinsip jamaah tersebut, yakni membangun kebersamaan, sharing atau saling memberi dan saling mengisi, serta shalat jamaah,” tegasnya.
Lebih lanjut kata Prof. Mansyur Ramli, kekurangan ketiga adalah leadership. Jadi dalam membentuk mutu quality culture, perlu kepemipinan yang baik.
“Jadi variabel moderasinya ada leadership. Ini perlu dihadirkan dalam UMI. Selain itu ada pula followersship, atau pengikut yg baik. Bila semua ini bisa tercapai, maka quality culture akan terbentuk,” ungkapnya.
Sehingga, Prof. Mansyur Ramli menyatakan, guna menuju perbaikan mutu yang berkesinambungan bagi UMI, seluruh lini harus diperbaiki. Jadi nantinya UMI bukan hanya unggul dan rangking, tapi mampu memperoleh penghargaan dari masyarakat lokal maupun internasional.
“Sekarang kita harus hijrah, bukan lagi berbasis knowledge and skill, tapi berbasis value. Dan ini sangat mudah untuk UMI karena sumber valuenya jelas, yakni dari Al Qur’an dan hadits,” pungkasnya. (rahmiah)