Dahlan Abubakar, Satu-satunya Pengajar Luar Jawa
PEDOMAN RAKYAT, BANDUNG. Tokoh Pers versi Dewan Pers dan wartawan senior Sulawesi Selatan, M.Dahlan Abubakar, menjadi satu-satunya pengajar dari luar Pulau Jawa yang membawakan materi pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), yang dibuka Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Nadiem Makarim, Selasa (6/2/2024) di Gedung PWI Jawa Barat Jl. Wartawan II Bandung.
Dahlan Abubakar yang juga anggota Komisi Pendidikan Pengurus PWI Pusat periode 2023-2028 membawakan materi berjudul “Berpikir Kritis dan Kreatif” di depan 31 peserta yang berasal dari kabupaten, kota di Jawa Barat, Rabu (7/2) siang.
Dalam presentasinya disampaikan melalui zoom (daring), Sekretaris PWI Sulawesi Selatan periode 1988-1993 tersebut mengatakan, seorang jurnalis merupakan sosok intelektual yang harus berpikir kritis dan kreatif. Sebagai orang yang berpikir kritis, wartawan harus memiliki: imajinasi dan kreativitas yang tinggi; rasa ingin tahu yang tinggi, minat yang tinggi terhadap suatu hal, berani mengajukan pendapat terhadap suatu, dan mampu mengingat hal-hal yang dialami.
Setelah dibuka Menteri Nadiem pada pagi hari, SJI diawali pada siang hari dengan materi awal berjudul “Filosofi Profesi Wartawan” dibawakan Marah Sakti Siregar (Ketua Komisi Pendidikan PWI Pusat), dan “Wawasan Kebangsaan dalam Jurnalistik” dibawakan Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch.Bangun.
Pada hari kedua, topik “Integritas” dibawakan Prof.Dr.Ibnu Hamad, dosen FISIP UI, dilanjutkan dengan materi “Berpikir Kritis dan Kreatif” oleh M.Dahlan Abubakar. Suprapto membawakan materi “Mencari dan Mengembangkan Berita” serta Teknik Wawancara dibawakan Ahmad Kurnia, Eka Putra Nasir, dan Haryo Ristamaji.
Pada hari ketiga, 8 Februari, materi “Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik” dibawakan Imam JP dan Rita Sri Hastuti, “Jurnalisme Mulitasking” dibawakan Zulfiani (Uni) Lubis dan Agus Sudibyo “Fotografi dan Videografi Jurnalisme” dibawakan Tagor Siagian dan Merdi Sofansyah. Dan “Infografis dalam Jurnalisme” dibawakan Ahmad Kurnia dan Mettadarmaputra.
SJI ini berlangsung lima hari, terdiri atas empat hari teori, dan satu hari untuk pelaksanaan ujian kompetensi bagi anggota Muda PWI.
Langkah yang tepat
Nadiem Makarim ketika membuka SJI tersebut mengatakan keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merupakan langkah yang tepat, mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju. Para wartawan harus dibekali keterampilan menghadapi semua perkembangan teknologi.
Setelah pembukaan SJI, langsung dilanjutkan dengan kuliah kebangsaan yang berikan oleh Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Hendry Ch. Bangun dan kuliah filosofi profesi wartawan oleh Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat Marah Sakti Siregar.
Sebelum menyampaikan materi, pengajar SJI berkumpul menyinkronkan materi ajar yang akan mereka sampaikan masing-masing. Para pengajar yang hadir pada hari kedua antara lain Ahmed Kurnia (pengajar dan Direktur SJI), Iman Handiman (Wakil Direktur), Marah Sakti Siregar (pengajar SJI- Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat), dan para pengajar lainnya Dr Zarman Syah dan Dr Suprapto, Dr Imam JP, Haryo Ristamaji, M.Kom.
Teknologi Telah Mengubah
Menteri Nadiem Makarim dalam kesempatan pembukaan SJI mengatakan, keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (SJI) merupakan langkah yang tepat, mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju.
“Teknologi telah merubah segala aspek sektor jurnalisme. Tapi itu bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme. Kita harus berkompetisi dengan kecerdasan buatan sekarang. Kita harus berintegritas, berpikiran kritis, kita harus menulis dengan hati nurani, karena itu yang tidak dimiliki oleh mesin kecerdasan buatan,” kata Nadiem yang datang ke Bandung dengan menggunakan kereta api cepat Whoosh Jakarta- Bandung.
Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch. Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sebelumnya sudah digagas tahun 2010.
Di depan Nadiem Makarim dan PJ Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin bersama sejumlah perwakilan perguruan tinggi ternama di Bandung, jajaran pengurus PWI Jawa Barat yang diketuai H. Hilman Hidayat, serta para siswa SJI, Hendry Ch Bangun mengatakan, SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di kalangan wartawan, SJI adalah ikon dari PWI yang sudah berjalan sejak lama. “Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk kali ini, multi tasking jurnalisme menjadi andalan silabus SJI. Termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” ungkap Hendry yang hadir ke Bandung bersama Sekjen PWI Pusat Sayid Iskandarsyah dan pengurus lainnya.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Mohammad Nasir, SJI merupakan program pendidikan bagi wartawan anggota PWI yang dilaksanakan secara mobile (keliling) dari provinsi ke provinsi. Tujuannya, untuk mendekatkan SJI dengan para wartawan yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan jurnalisme terbaru, dengan mempertajam multi-tasking, integritas, kebangsaan, dan critical thinking.
Direktur SJI Ahmed Kurnia, menambahkan tentang proses rekrutmen untuk pengajar SJI yang dipilih adalah para wartawan senior yang memiliki jam terbang tinggi. “Selain punya pengalaman, mereka juga punya wisdom yang bisa dibagikan kepada wartawan muda,” katanya.
Pada kesempatan terpisah Zarman Syah, pengajar SJI yang juga peneliti di lembaga internasional UNITAR (United Nation Training and Research) mengatakan, kehadiran SJI sudah tepat pada zamannya.
“Sekarang ini adanya ancaman terhadap profesionalisme wartawan dengan kehadiran mesin pintar AI. Maka tidak bisa dielakkan lagi kemampuan dan pengetahuan serta keterampilan wartawan harus terus-menerus ditingkatkan,” kata Zarman. (MDA)