Perjalanan Tri-Lintas (3) : Bertemu Taliban, Siapa Takut?

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Saya segera keluar dari pesawat mengikuti para penumpang lain menuju ruangan bandara yang tampak tua dan kumuh. Kondisi bandaranya mencerminkan negara ini sangat terbelakang. Saya pun tambah terkejut melihat begitu banyak tentara dengan senapan siap tembak di sekitar bandara. Terasa sungguh mencekam.
“Jangan pernah keluar bandara sebelum bertemu petugas UN yang menjemput Ibu.” Kalimat itu berkali-kali diingatkan panitia sebelum saya berangkat.

Untunglah, begitu tiba di ruang pengambilan bagasi, seseorang menghampiri saya sambil tersenyum ramah dan menunjukkan identitas diri sebagai petugas UN. Saya pun segera mengikutinya keluar bandara tanpa kesulitan melewati imigrasi karena dia sudah melaporkan identitas saya. Kami menuju mobil resmi UN yang didesain khusus, anti peluru. Ada perasaan tidak nyaman yang segera menyergap, tetapi kemudian saya segera sadar mengapa harus menggunakan mobil itu.

Tak lama mobil kami sudah meluncur di jalan raya menuju Hotel Serena, satu-satunya hotel yang dianggap layak dan aman di Kabul. Hotel itu hanya disediakan bagi para delegasi UN dan petugas kemanusiaan dari berbagai negara. Sepanjang jalan menuju hotel terlihat banyak tentara bersenjata lengkap. Bahkan, tidak sedikit tentara berdiri di atap gedung dengan mata tajam mengawasi. Suasana terasa semakin mencekam.
Perhatian saya lalu tertuju kepada sejumlah pengemis di pinggir jalan. Mereka memakai burqa. Sempat terlihat seorang perempuan menggendong anak kecil di dalam burqa. Saya sangat khawatir anak itu akan kekurangan oksigen. Saya juga sulit memastikan, apakah semua pemakai burqa itu perempuan? Boleh jadi mereka laki-laki yang memakai burqa untuk mengemis atau untuk tujuan lain.

Semakin lama kami berjalan, semakin banyak terlihat pengemis yang memakai burqa. Ada juga sejumlah anak-anak dengan rentang usia antara 4-12 tahun. Sebagian nekat mengganduli mobil kami. Mereka berteriak-teriak meminta uang dan makanan sembari menunjuk mulut mereka. Saya merasa iba melihat itu dan tanpa pikir panjang membuka dompet untuk memberikan uang. Mendadak petugas UN memperingatkan, “Jangan! Itu sangat berbahaya.” Saya pun mengurungkan niat.

Baca juga :  BEM UNITAMA Sukses Gelar LK 2, Perkuat Kepemimpinan Kritis-Progresif Mahasiswa

Afghanistan adalah negara Islam sangat miskin dengan angka kematian ibu melahirkan paling tinggi di Asia, sekaligus negara dengan angka kelahiran sangat tinggi. Inilah negara yang tercabik-cabik oleh perang dan konflik tak berkesudahan. Berita bom bunuh diri dan kontak senjata sudah merupakan menu utama sehari-hari. Saya ingat sekali ketika check in di hotel, hal pertama yang dijelaskan oleh resepsionis adalah tata cara evakuasi dari serangan bom. Dia menjelaskan letak bunker, tempat pertama yang harus dituju ketika terjadi serangan bom. Alih-alih menenangkan, penjelasan itu justru membuat saya merinding dan tidak bisa tidur lelap selama berada di sana.

Salah satu faktor yang membuat kondisi perempuan dan masyarakat terpuruk dalam hal kesehatan adalah tidak terpenuhinya hak dan kesehatan reproduksi perempuan. Padahal, jumlah warga perempuan sekitar setengah penduduk Afghanistan. Pemerintah abai terhadap hak dan kebutuhan mendasar rakyatnya, terutama kaum perempuan. Pemerintah kurang peduli terhadap pelayanan kesehatan reproduksi dan kelangsungan hidup warganya.

Sejak Taliban berkuasa, perempuan ditarik dari ruang publik. Mereka dilarang bekerja dan harus berada di rumah atau ruang domestik. Sangat sering pemuka atau mullah Taliban berucap bahwa wajah perempuan adalah sumber malapetaka buat laki-laki yang bukan mahram. Itulah sebabnya sejak rezim Taliban mendominasi Afghanistan, seluruh perempuan wajib mengenakan burqa.
Para perempuan yang tadinya bekerja sebagai guru, hakim, dokter, perawat, karyawan perusahaan, dan profesi lainnya kehilangan pekerjaan. Akibatnya, kemiskinan semakin mendera masyarakat. Para perempuan yang sebelumnya memiliki penghasilan tetap dan sebagian bahkan menjadi penyangga utama ekonomi keluarga terpaksa menganggur.

Sebagian menjadi pelacur dan pengemis. Anehnya, ketika mereka mengemis dan melacur, pemerintah Taliban membiarkan mereka berada di jalan atau di area publik.
Situasi perempuan di Afghanistan banyak mengalami kemunduran sejak dekade 1960-an. Ironisnya, foto-foto masa lalu justru menunjukkan kehidupan modern perempuan Afghanistan yang kini tertutup dan terisolasi akibat kekuasaan Taliban. Perempuan bekerja di ruang publik adalah haram bagi Taliban.

Baca juga :  Naili-Ome Resmi Pimpin Palopo, Dilantik Gubernur Sulsel Hari Ini

Pada pertengahan dekade 1970-an kehadiran perempuan masih menjadi pemandangan normal di lembaga pendidikan tinggi. Perempuan pun ikut dalam konflik bersenjata sejak 1980-an. Pada masa itu Afghanistan diduduki Uni Soviet. Invasi Soviet berujung pada sepuluh tahun perang berdarah. Generasi pertama perempuan di pasukan militer ini kelak akan menjadi salah satu tulang punggung angkatan bersenjata baru yang dibentuk setelah invasi Amerika Serikat.

Sampai awal 1990-an mahasiswi di Kabul tidak jengah berkumpul dengan teman laki-laki mereka. Kemudian, Taliban naik ke puncak kekuasaan. Namun sejak Taliban berkuasa pada 1996, semua perempuan diwajibkan mengenakan burqa di tempat-tempat umum. Selain itu, semua instansi pemerintah dipaksa memecat pegawai perempuan. Akibatnya, tak lama setelah Taliban berkuasa, kemiskinan dan pengangguran merajalela. Di sisi lain pemerintah Taliban tidak mampu memenuhi janjinya untuk menyejahterakan masyarakat. Akhirnya, di seluruh negeri terjadi kekacauan. (Bersambung).

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Prof. Dr. Hj. Darmawati H, S.Ag, M.HI Medsos Sering Dianggap Sarana Perselingkuhan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Telepon pintar (“smartphone) dan internet memudahkan hubungan kapan dan di mana saja. Namun di balik...

Prof. Dr. Abdullah Abd.Thalib, S.Ag, M.Ag Tauhid Jadi Kerangka Pandangan Hidup

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Dalam pendekatan filsafat dan tasawuf, tauhid tidak berhenti pada pengakuan verbal atau pemahaman dogmatis, tetapi...

Berbaur dengan Warga, Wabup Sinjai Saksikan Laga Sepak Bola di Lapangan Gelora Massa

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Usai membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Sinjai, Wakil Bupati Sinjai Andi...

Sinjai Terima Sertifikat Bebas Frambusia dari Kemenkes RI

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kesehatan di Kabupaten Sinjai, Bupati Dra.Hj. Ratnawati Arif kembali...