Masalah Klasik
Bupati Jeneponto, Junaedi B,S.Sos.,MH justru menantang para wisudawan, katanya ada 3 masalah klasik yang hingga kini belum ditemukan formulanya.
Tiga masalah klasik itu adalah pertama langkanya pupuk, kedua langkanya bibit dan ketiga jika panen raya harga turun. Salah satu contoh, sebelum panen harga jagung mencapai Rp 5000/kg dan ketika panen harganya turun menjadi Rp 3000/kg.
Sebagai kabupaten yang penduduknya bergerak disektor pertanian, seharusnya mampu mandiri dalam pengadaan bibit dan pupuk meskipun untuk bibit dan pupuk ada tata niaga yang diatur secara nasional.
” Katanya Kabupaten Jeneponto identik dengan kuda. Pesta tidak meriah tanpa masakan khas Jeneponto, gantala kuda. Kuda merupakan ikonik Jeneponto, tapi sayangnya kuda-kuda yang dikonsumsi masyarakat berasal dari luar ” ujarnya.
Untuk itu, para wisudawan INTI yang telah menyandang gelar sarjana dituntut untuk mampu menciptakan inovasi sehingga Kabupaten Jeneponto dapat keluar dari permasalahan klasik dan bisa bersaing dengan kabupaten lain yang sama sama masyarakat petani.
Menjadi Universitas
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi ( LLDIKTI ) IX, Drs. Andi Lukman mendengar keluhan bupati Jeneponto mengatakan, INTI mampu mengatasi permasalahan yang ada di Kabupaten Jeneponto.
Caranya, institut menjadi universitas. Dengan menjadi universitas bisa membuka prodi baru seperti pertanian dan peternakan.
Dua prodi tersebut, inshaa Allah masalah yang dialami Kabupaten Jeneponto akan teratasi.
Pembina YAPTI Jeneponto Drs. H. Anwar Rivai dalam sambutan singkatnya berharap para mahasiswa yang baru saja di wisuda bisa tetap menjaga nama baik almamaternya. ( ab )