Mantan Dirut BRI Temu Kangen (3) : Dari Staf ke Posisi Puncak

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Di dalam bukunya, (hlm 235), Asmawi mengakui, kehadiran satelit ini tidak instan, tetapi sudah digagas sejak Sofyan Basir sebagai Direktur Utama BRI (2005-2010 dan 2010-2014) sebelum menjabat Dirut PLN. Jadi, kehadiran satelit ini merupakan program berkesinambungan.

Pengembangan program satelit pun dilanjutkan oleh dua pejabat direktur utama pasca-Asmawi, Suprajarto dan Sunarso.

“Sudah menjadi tugas dirut-dirut selanjutnya untuk melanjutkan dan mewujudkan visi serta kebijakan strategis itu. Di sinilah letak “sustainability leadership”. Seorang yang menjabat di posisi puncak , tak boleh serta merta mengganti kebijakan dan membatalkan program bagus yang sudah dirancang dan disiapkan oleh pendahulunya,” tulis Asmawi. .

Apa yang diwujudkan Asmawi tersebut merupakan sesuatu yang monumental. Bayangkan saja, katanya, kalau gagal, setahun setelah menjabat, dia akan dipecat di BRI. Penyebabnya, mewujudkan satelit itu dianggap ide gila.

Oleh sebab itu, setiap Asmawi masuk ke BRI selalu disebut “bank desa, bankir desa”. Maka tidak heran, per Maret 2024 lalu, laba bersih BRI mencapai Rp 25 triliun.
Setelah menjabat Dirut BRI (Persero) Tbk, Asmawi menjabat President Director/CEO PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo, Persero) tahun 2017, President Director/CEO PT Jiwasraya (Persero) 2018, President Commisioner PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan terakhir serbagai Komisaris BNI.

Ternyata Asmawi dipasang pada perusahaan BUMN (persero) yang mengalami sakit. Bos-bos dari perusahaan BUMN itu berurusan dengan kejaksaan. Ini membuat dia sempat stres karena setiap ada perusahaan yang tidak beres, selalu diberi tugas untuk membereskannya. Dia akhirnya melapor ke Menteri BUMN agar cukup menjadi Staf Khusus Menteri BUMN saja sebelum berlabuh sebagai Komisaris BNI berdampingan dengan Komisaris Utama (2020-2023) Agus Martowardoyo yang mantan Gubernur Bank Indonesia. Lantaran dikenal bertangan dingin memenej lembaga keuangan, Asmawi selain sebagai Komisaris, juga ditimpali tugas sebagai Ketua Audit pada bank milik pemerintah ini.

Baca juga :  RAPIMWIL I DPW-DPC PROGIB Sumut Tahun 2025, Dukung Penuh Program Pemerintah dan Perkuat Pondasi Organisasi

Asmawi juga sukses memimpin organisasi profesi seperti sebagai Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan Ketua Himpunan Penjaminan dan Perasuransian Milik Negara (Himppara), dan menjadi staf Khusus Menteri BUMN RI Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan menjadi ‘steering committee holding’ jasa keuangan BUMN (2019). Atas prestasinya itu, Asmawi memperoleh penghargaan “Tokoh Sinergi BUMN” dari Kementerian BUMN di Istana Negara pada tahun 2016.

Selain jabatan-jabatan pada organisasi profesi tersebut pada banyak organisasi lain dia juga terlibat. Ketika Pak JK menjabat Ketua Umum IKA Unhas, Asmawi pun termasuk pengurus inti. Kini dia bergabung dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat yang dipimpin Pak JK dan juga Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat dan diposisikan sebagai Ketua Bidang Bencana Nasional dan Internasional. Kehadirannya selama beberapa hari ke Makassar hingga meluangkan waktu bertemu kangen dengan para guru dan sahabatnya itu merupakan lawatannya ke Luwu untuk memberikan bantuan kepada para korban yang diterjang banjir bandang di daerah itu.

Cita-cita Asmawi menurut pengakuannya, adalah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Unhas. Sayang, saat Kak Taslim Arifin menjabat Ketua DM Unhas dan bertepatan dengan dia Ketua Senat Fakultas Ekonomi, itu merupakan periode terakhir organisasi dewan mahasiswa di Indonesia karena dibekukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef (alm.).

Asmawi terpilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dalam suatu pemilihan langsung, bersaing dengan Azis Mangkona. Merupakan satu kebanggaan karena dia bisa menjadi seorang aktivis pada masa yang sangat tepat. Menjadi alumni sebuah universitas itu penting, tetapi memiliki idealisme juga jauh lebih penting. Dengan idealisme kita memiliki banyak kesempatan berpartisipasi dalam berbagai pekerjaan.

“Dan, ternyata ijazah itu hanya untuk kepentingan administratif belaka. Banyak orang yang selesai S-2 dan S-3 di luar negeri, sekembali ke tanah air justru ada yang tidak bisa berkembang.” pungkas Asmawi komentarnya bersama Prof.A.Husni Tanra dan Prof.Idrus A.Paturusi yang ternyata menghabiskan waktu 59 menit itu. (M.Dahlan Abubakar,Bersambung).

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Perombakan Besar di Lingkup Pemkot Makassar: 46 Pejabat Resmi Dilantik

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah), resmi...

Kasdam XIV/Hasanuddin Resmi Buka Latihan Pencak Silat Militer, 260 Prajurit Ditempa Jadi Kader Tangguh

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Suasana di Markas Yonif 700/Wira Yudha Cakti pagi itu terasa berbeda. Tepat pada Senin (16/06/2025),...

7 Tahun Menjabat, Ir. Muhammad Ashar Mendadak Mundur Tanpa Alasan Jelas, Ada Apa di Dinas Pertanian Wajo?

PEDOMANRAKYAT, WAJO - Kejutan datang dari lingkup Pemerintahan Kabupaten Wajo, Ir. Muhammad Ashar tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya...

Irwan Hamid Apresiasi Langkah BBWS PJ Normalisasikan Kantong Lumpur Bendungan Benteng

PEDOMANRAKYAT, PINRANG — Langkah nyata dan tanggap yang dilakukan jajaran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang dalam...