“Sesungguhnya, Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan wanita, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang bertakwa kepada-Nya,” kata Prof. Daoed mengutip salah satu ayat dan surah di dalam Alquran.
Dia mengatakan, awal mula komunitas manusia ini terdiri atas laki-laki dan perempuan. Keduanya, kemudian menyebar begitu banyak. Ini merupakan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Inilah asal usul fundamen yang merupakan fitrah manusia tentang keberadaan laki-laki dan perempuan. Secara khusus keseimbangan ini mulai terjadi ketimpangan-ketimpangan di dunia, yaitu adanya seruan-seruan perhatian pada hanya satu lawan jenis. Tidak keduanya. Ini merupakan kehilangan satu keseimbangan dan melawan kodrat Allah dan melawan fitrah manusia.
“Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan, harus memperoleh perhatian yang seimbang. Kemudian yang menyeru kepada satu jenis ini adalah mereka yang dimaksud dengan orang-orang yang berperilaku suka pada jenis kelamin satu atau hanya menyeru pada jenis kelamin dan tidak ada keseimbangan,” ungkap Prof.
Daoed, kemudian menambahkan, inilah yang perlu ditangkal sekarang dan dicarikan serta dikembalikan kepada fitrahnya”. Prof Daoed mengatakan, inilah seruan-seruan yang disampaikan pada dasawarsa terakhir ini, terutama dari kalangan Barat. Mereka katakan, hubungan antara laki-laki dan perempuan, merupakan hubungan yang saling kontradiktif, saling berlawanan. Sehingga, harus ada salah satu yang dimenangkan. Apakah laki-laki yang harus mendominasi atau perempuan yang harus mendominasi.
Banyak program TV saat ini telah disebarluaskan ke mana-mana di tiap negara, baik itu sinetron atau pun yang lainnya, atau semacamnya, itu menggambarkan bagaimana sekarang kehidupan seorang lelaki yang mendominasi perempuan dan melawan laki-laki. Hal ini merupakan sesuatu yang jauh dari prinsip-prinsip keadilan, apalagi prinsip-prinsip keagamaan. Laki-laki dan perempuan dalam prinsip keagamaan saling membutuhkan satu sama lain.
Sebenarnya para ulama Azhar sudah melawan pemikiran dewasa ini yang menyeru kepada transgender atau kaum laki-laki atau perempuan saja. Dan, ini secara khusus Syekh di Al Azhar mengkhususkan satu program pada bulan suci Ramadan selama 30 hari yang diisi dengan pembicaraan khusus tentang masalah gender dan keluarga. Khususnya mereka semuanya berupaya menghambat arah pemikiran-pemikiran Barat tersebut yang mengeluarkan manusia dari fitrahnya.
Selesai Rektor Universitas Al Azhar menyampaikan materinya, dilanjutkan dengan seminar mengenai masalah gender dengan menampilkan Prof.Dr. Nahla Shabry As-Sha’Idy, Dean of the al-Azhar Faculty of Islamic Science.
Universitas Al Azhar didirikan antara tahun 970-972 Masehi atau 1.052 tahun silam. Universitas ini merupakan perguruan tinggi kedua tertua dan pemberi gelar di dunia dan menjadi pusat utama pendidikan dan pengkajian Islam Sunni di dunia. Bahasa pengantarnya Arab dan Inggris.
Berdasarkan catatan wikipedia, universitas ini didirikan oleh Bani Fatimiyah yang menganut mazhab Shiah Ismailiyah dan Sultan Al Azhar mengambilnya dari nama Sayyid Fartimah Az Zahra, putri Nabi Muhammad saw.
Perpustakaan universitas ini dianggap nomor 2 terpenting di Mesir. Fakultas dibagi berdasarkan jenis kelamin mahasiswa, yakni laki dan perempuan. Terdapat 19 fakultas untuk mahasiswa laki-laki berada di Provinsi Kairo dan 17 fakultas lain berada di luar Provinsi Kairo.
Sedangkan fakultas untuk mahasiswa perempuan, 11 fakultas di Provinsi Kairo dan 7 fakultas lagi berada di luar Provinsi Kairo. Saat ini menurut Prof.Salamah Daoed, terdapat sekitar 30 orang perempuan yang menjabat dekan fakultas di Universitas Al Azhar. (MDA).