“Kami merasa heran kenapa Pelni tidwk mempertimbangkan persoalan tekhnis yang sepele yang bisa diselesaikan, justru jadi rumit, “sahut salah seorang Seniman, seraya menambahkan pergantian pemain di kesenian hal yang biasa apalagi dalam bentuk rombongan.
Lebih jauh dia menambahkan tentu beda kalau tidak membeli tiket. Sama halnya seperti kami dengar desas desus di atas kapal tadi, kedapatan menyelundup masuk ke atas kapal.
“Rombongan kesenian kami tidak seperti itu apalagi mengatasnamakan daerah (sulsel) menjadi duta kesenian dan kebudayaan. Hal-hal yang terkait hukum tentu kami akan patuhi,” timpal Seniman lainnya.
Segala argumentasi pihak Pelni tak bergeming sedikitpun.
“Kebijakan kami, sebaiknya anda beli tiket lagi, kami proseskan disini dengan pembayaran e-bangking, ” ujar salah satu petugas wanita yang terlihat “sok” tegas memberikan solusi. Betulkan itu?
Kapal KM Bukit Siguntang akan segera berangkat. Terlihat dari bawa bersih dan mewah. Banding terbalik dengan kenyataan saat berada di atas kapal, mengintari dek demi dek. Pengap, bau, jorok dan diduga melebihi kapasitas, karena banyak tiket terjual non seat.
Apapun itu, KM Bukit Siguntang menjadi saksi bisu dari perjalanan ini, selama 24 jam. Dengan latar Samudra yang membentang luas, kapal ini akan mengantarkan tim Lapakss bersama para seniman dan budayawan Sulsel menuju Kutai, tempat di mana berbagai budaya Nusantara akan bersatu dalam. KFBN 2024.(bersambung)