“Kami sangat malu kepada masyarakat Kota Makassar. Beberapa tahun ini kami melakukan sosialisasi untuk maju di Pilwali, karena kami yakin bisa maju. Persoalan menang kami serahkan kepada Allah yang Maha Esa,” ujarnya.
Dia juga memohon kepada DPP PAN untuk mengubah keputusan terkait B1 KWK yang berlabuh ke Sehati.
“Sekali lagi saya mohon kepada bapak-bapak, saudara-saudaraku di DPP pusat, ubahlah B1 KWK itu. Saudara kami Andi Seto Asapa tidak pernah mengurus PAN di Sulsel,” ungkapnya berapi-api.
Busrah menggarisbawahi, aturan partai mengharuskan mengutamakan dukungan diberikan kepada kader, bukan kepada orang luar yang tidak punya kaitan dengan PAN.
“Aturannya ketika ada kader maju ini AD/ART partai tidak ada kata lain untuk diserahkan kepada yang bukan kader. Sedangkan Andi Seto Asapa bukan kader sama sekali dan tidak ada kaitannya dengan PAN,” ucapnya dengan rasa kecewa.
Dengan perjuangan yang begitu besar, baik secara fisik maupun finansial, Busrah merasa dirinya telah dizalimi oleh keputusan ini.
“Saya ini kader tulen. Saya berdarah-darah memimpin PAN, mendirikan PAN, membiayai PAN dengan uang pribadi yang bermiliar-miliar, berpuluh-puluh milliar. Kok saya dikasih begini ?,” sahutnya dengan penuh kekecewaan.
Busrah juga menyinggung asas PAN yang berlandaskan akhlak politik dan agama, dan mempertanyakan apakah keputusan yang diambil telah mencerminkan nilai-nilai tersebut.
“Apakah dengan adanya B1 KWK PAN diberikan kepada Andi Seto Asapa berakhlak ataukah akan membawa rahmat ? saya dizalimi, saya mohon jangan karena mungkin calon atau pengurus lain yang punya kepentingan pribadi sehingga saya dizalimi,” Busrah Abdullah menandaskan.(Hdr)