PEDOMAN RAKYAT - MAKASSAR. Lama tak bertemu. Sejak " kabar duka" itu datang. Asam lambung, asam urat, jantung, sakit pinggang, lutut dan pusing yang menderah sebahagian teman-teman. Alhamdulillah setelah di obati dengan kolaborasi pengobatan medis dan tradisional, kini bisa kumpul dan ngobrol lagi.
Tak terasa, sekitar tiga bulan tak bertemu, kami bertujuh berbagi cerita. Khususnya tentang penyakit, maklum kami-kami yang berkumpul berusia rata-rata di atas 65 tahun, usia yang tak muda lagi. Setelah bahas penyakit, topik cerita beralih kependidikan cucu.
Google Maps Wajib
Tepat jam 10.00 Wita, saya meninggalkan rumah meluncur ke Pantai Indah Bosowa. Sebelum berangkat saya mengecek WA grup siapa tau sudah ada teman di lokasi. Ternyata benar, kordinator 75, Syamsul Rizal sudah ada.
Saya pun langsung memacu motor menuju kawasan CPI ( Centre Poin of Indonesia ) dan belok kiri menelusuri Jalan Metro Tanjung Bunga. Terasa pagi itu cuaca sangat panas. Panasnya terasa menusuk , untung saja saya mengenakan kaos berlengan panjang sehingga panas tidak begitu terasa.
Begitu tiba, langsung beli tiket untuk masuk ke kawasan Pantai Indah Bosowa ( PIB ).
Berbekal Google Maps dan foto rekan Syamsul yang lebih akrab dipanggil Dg. Jallo. Saya mencari keberadaan Dg. Jallo dan tidak lupa mengikuti arahan Dg. Google untuk ke titik pertemuan.
Dua kali bolak balik saya tidak menemukan Dg. Jallo dan " Resto Lae-Lae "
Saya kembali ke tempat parkir motor. Dan duduk diatas motor, sambil menyulut sebatang rokok.
" Mungkin hape saya masih bermasalah soalnya baru saja di servis," ujarku dalam hati.
Tiba-tiba masuk panggilan telfon dari Ibu Hanizah, diapun beri petunjuk, dari tempat parkir motor belok kanan dan terus masuk, ada mobil berwarna merah milik Prof Idar. Dan bangunan yang di seberang jalan, itulah Resto Lae-Lae.
Sayapun meluncur , rupanya mereka baru saja tiba. Mereka bertiga Prof. Idar, Aty Sirijala dan Hanizah Ibrahim. Ku parkir motor disamping mobil Prof Idar dan kamipun berempat menuju resto.
" Mana yang lain, katanya Dg. Jallo sudah ada ? tanya Ibu Aty. Saya bilang, belum ketemu katanya ada dipintu masuk menunggu teman. Rupanya Ibu Sudarmi bersama Dg. Jallo. Dg. Jallo dijemput di sekitar tempat penjualan tiket masuk.
Kamipun masuk ke resto itu, memilih meja panjang, dan mulai memesan minuman sambil menikmati bekal kue dan jalankotek sembari menunggu yang lain, termasuk Ibu Sriwati dengan bakul maulidnya.
Resto Tanpa Merek
Rupanya bukan hanya saya yang tidak ketemu Resto Lae-Lae. Ibu Sriwati pun mengalami nasib yang sama.
Sebuah mobil berwarna putih berjalan pelan melintas depan resto, sayapun ancang-ancang untuk keluar. Tapi mobil itu terus. Namun, tidak begitu lama mobil itu berbalik dan berjalan lebih pelan lagi, seakan mencari sesuatu. Dan, berhenti sekitar 10 meter dari jalan masuk resto . Sayapun keluar mendekati mobil itu, dan betul mobil milik Ibu Sriwati.
Setelah bongkar muatan, Ibu Sriwati
bilang tidak ada tanda-tanda ini Resto Lae Lae, dan barulah diketahui setelah dijelaskan oleh pengelolahnya Zainal, tulisan resto jatuh belum sempat dipasang.
Terkuaklah jawaban bukan google maps atau hape yang bermasalah, tapi papan nama resto yang belum dipasang.
Emak-Emak " Super "
Tiga bulan tak bertemu, terakhir bertemu di " Cobek-Cobek" Jalan Dg Tompo atas undangan Andi Akbar Oddang.
Meja panjang yang ditempati harus bebas termasuk juz alpukat pesananku serta kue dan jalankotek harus " minggir " untuk memberi ruang bakul maulid yang dibawa Ibu Sriwati.
Kami-pun berfoto dengan mengangkat bakul masing-masing.
Bakul dari anyaman bambu dengan bunga kertas di atasnya sangat elok dipandang. Tentu hasil kerja tangan terampil dan terlatih.
Merekapun lanjut berceloteh, tidak pernah kehabisan bahan untuk dicerita. Saya hanya duduk mendengar obrolan mereka yang tanpa jedah langsung ganti topik. Mulai dari bahas soal penyakit hingga kegiatan sehari-hari.
Ku hitung, ada sembilan bakul, empat bakul lengkap dengan namanya. Berarti sudah jelas pemiliknya.
Menurut Ibu Sriwati, seharusnya semua bakul ada namanya tapi tidak sempat. Tapi semua bakul isinya sama. Sambil membuka penutup masing-masing bakul.
Bakul beserta isinya merupakan buah tangan dari ibu Sriwati.
Rupanya PPSP IKIP UP punya " emak-emak super ", mereka bukan hanya penjaga rumah tangga, tetapi pilar kekuatan yang tak tergantikan dalam masyarakat, kehebatan emak-emak dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Kehebatan emak-emak terpancar dalam kemampuan multitasking mereka. Dalam satu waktu, mereka mampu menyelesaikan berbagai tugas rumah tangga, merawat anak-anak bahkan mengelola pekerjaan diluar rumah. Kemampuan ini mencerminkan keuletan dan ketangguhan emak-emak dalam menghadapi tantangan sehari- hari.
Bakul maulid, buah hasil tangan Ibu Sriwati ini sebagai bukti dia mampu memperlihatkan bahwa bisa menjadi chef yang handal dengan kreativitas tingkat tinggi, dan sekaligus mampu menyajikan hidangan lezat dan bergizi untuk keluarga.
Keahlian para emak-emak ini menunjukkan dedikasinya dalam memberikan yang terbaik untuk keluarga.
Ada satu bakul yang " di unboxing," di uji penyajian dan kelezatannya. Dan harus diakui, memang lezat.
Temu kangen dan peringatan maulid di panggung terbuka destinasi wisata Pantai Indah Bosowa berakhir sekitar jam 14.00. Dan, kamipun pulang dengan ole-ole bakul maulid. ( ab )