Dia menyambut antusias ajakan menulis buku dari Rusdin Tompo. Karena, menurut Nasrah, yang dia pahami menulis bisa jadi salah satu healing terbaik termasuk buat para siswa. Dia senang melihat anak-anak didiknya mendapat kisah inspiratif dari Rusdin Tompo yang diundang sebagai narasumber.
“Saya tadinya hanya mau jalan-jalan ke Pakkabba ini, karena saya punya rasa ingin tahu yang kuat,” jelas Rusdin Tompo, yang datang membawa sejumlah buku untuk didonasikan.
Dalam kesempatan itu, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan tersebut berbagi cerita awal mulanya menulis, kenapa dia menulis, dan kemudian menjadikan penulis sebagai pilihan profesinya. Untuk tetap dan terus kreatif menulis, katanya, harus diniatkan dan mengkondisikan diri agar senantiasa menulis.
Kalaupun tidak atau belum bisa menyelesaikan tulisan maka perlu membuat catatan-catatan supaya ide itu tidak hilang. Tulisan itu bisa apa saja, dan dengan gaya penulisan yang kreatif tanpa terpaku pada teori-teori.
“Bagi yang suka menulis, silakan menuangkan kesedihan, kegalauan, termasuk kemarahan dalam bentuk tulisan. Biar kita ubah suasana hati kita menjadi sesuatu yang positif, kreatif, produktif, dan dalam bentuk karya,” imbuh penulis puisi Panggil Aku Daeng itu. (*rk)