Lahan Contoh Penghijauan di Kecamatan Parado Bima (4) : Mereka Pejuang Pelestarian Hutan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Catatan M.Dahlan Abubakar

Komandan Resor Militer (Dan Ramil) 1508/07 Monta Kapten Inf. Ibrahim yang baru setahun bertugas di Kecamatan Monta dan masih membawahi Kecamatan Parado mengakui penasaran setelah mendengar keberhasilan masyarakat Parado menanam kemiri. Tentara dengan pangkat tiga balok ini sudah lama mendengar cerita tentang keberhasilan penghijauan kembali hutan botak ini.

Saat berada di Mada Nangga, Kapten Ibrahim tidak berhenti mengagumi upaya warga yang sudah sukses menghutankan kembali lahan gundul akibat pertanaman jagung tersebut. “Kalau ada lahan, saya juga berniat ‘bertani’ di sini,” ujar Kapten Ibrahim saat menyaksikan pohon kemiri berbuah hingga rantingnya mendekati tanah.

Begitu tiba ke areal Mada Nangga, dia mengakui merasakan sesuatu yang lain. Selain cuacanya yang sejuk, berbeda dengan di sekitar desa yang sudah gundul, di sini pohonnya banyak. Udara di bawah pepohonan rindang tersebut cukup menyegarkan.

“Tumpang sarinya juga banyak. Ada durian, pinang, kemiri, dan lain-lain. Luar biasa dan sangat bermanfaat untuk masyarakat Parado,” kata Kapten Inf. Ibrahim di tengah hutan buatan yang sudah mulai rindang lagi dengan pohon produktif, 30 Oktober 2024 siang.

Dia berharap, kalau bisa masyarakat Parado mengubah pola pikirnya. Pola pikir yang selama ini berniat menanam jagung, dari tahun ke tahun hutan tetap gundul dan menghilangkan ciri khas alam Parado. Setahu Ibrahim yang mengaku besar dan kecil di Parado, ciri khas Parado itu terkenal dengan durian dan kemiri. Sekarang ciri khas itu sudah hilang.

Dengan adanya kegiatan seperti ini (penanaman kembali) dia mengharapkan agar masyarakat dapat mengembalikan karakteristik Parado sebagai penghasil kedua komoditas itu.

“Kita lihat, durian dan kemiri di kawasan ini sudah banyak. Saya mengajak semua masyarakat yang ada di Kecamatan Parado mari kita kembalikan ciri khas dan muruah alam Parado yang aslinya,” ajak Ibrahim.

Baca juga :  Departemen Komunikasi FISIP Unhas Sambut Mahasiswa Disabilitas

Dan Ramil Monta juga mengajak Tim Penanggulangan Reboisasi Kerusakan Hutan dan Lingkungan Hidup dan ketua-ketua kelompok menyampaikan bukti nyata kepada masyarakat lain agar mereka mau mengikuti apa yang sudah dicontohkan ini.

Di sela-sela pohon durian dan kemiri bisa ditanam tanaman tumpang sari seperti singkong, ubi. Kalau masyarakat sama-sama menanam, pastilah tidak akan ada niat mengambil milik orang lain. Jika terjadi pencurian, pihak Dan Ramil bekerja sama dengan Kapolsek Parado mengantisipasinya agar kelompok tani ini tetap bersemangat.

Jika nanti pada saat komoditas ini berproduksi dan ada pihak yang bukan pemilik lahan yang memetik hasilnya, Dan Ramil berpesan agar melaporkan kepada aparat berwajib, dalam hal ini pihak Kepolisian. Dan Ramil akan mendorong pihak Kepolisian untuk menegakkan aturan karena kita harus menghargai para kelompok tani yang sudah berusaha mengembalikan fungsi hutan ini. Jadi, hasil yang ada harus dihargai karena mereka adalah para pejuang untuk negara ini dalam melestarikan hutan.

“Saya harapkan mereka yang masih menanam jagung adalah kembali sadar. Ini baru tiga empat tahun sudah menghasilkan. Waktu berproduksi tanaman itu tidak lama,” kata Ibrahim.

Kemiri sejak ditanam hingga berbuah berusia sekitar 3 tahun 8 bulan. Sudah tujuh tahun ditanam, tiga tahun di antaranya sudah berbuah. Durian lokal yang ditanam ini baru tujuh, bahkan belasan tahun baru berbuah. Jika ada campur tangan pemerintah memasok bibit-bibit durian unggul, tentu akan lebih produktif lagi.

Menurut Abdillah M.Saleh, ada tanaman durian cangkokan yang dalam usia tiga tahun ditanam sudah berbuah. Bahkan Tim Penanggulangan Kerusakan Reboisasi Hutan dan Lingkungan Hidup Parado diminta berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk pengadaan bibit ini.

Baca juga :  DPW-PPP Sulsel Memasuki Tahap Pemrosesan Bacaleg, Yusran : Diutamakan Kader yang Potensial

Kapten Inf.Ibrahim menjelaskan, di Pos Ramil Parado sudah memiliki lahan 3 ha, kelak ada pembibitan dan upaya pemerintah memberikan contoh kepada masyarakat mengenai tumbuhan yang memiliki nilai ekonomisnya, seperti durian, advokat, rambutan, mangga, nangka.

“Nanti kita akan jadikan lahan Koramil yang 3 ha itu sebagai objek percontohan. Jadi masyarakat membentuk kelompok-kelompok dan diundang melihat percontohan itu. Melihat contoh itu, dengan sendirinya masyarakat mau berbuat dan hutan-hutan yang sudah gundul akan kembali dihutankan lagi,” sebut Ibrahim.

Masyarakat yang menghutankan lahan ini juga menanam jagung, namun menanam pohon kemiri dan buah-buahan. Jadi berjalan seiring. Tidak terasa, kata Abdillah M.Saleh, hutan reboisasi ini sudah memberikan hasil dan jagung sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Ternyata, hasil jagung itu tidak lebih hebat dari hasil yang diberikan komoditas kemiri.

“Inikan tidak mengganggu sebenarnya, yakni menanam kemiri dalam jarak 12 atau paling jauh 20m, sehingga nanti sama-sama menghasilkan. Kemarin pada tahun pertama hingga kelima hasil jagung, tahun kelima dan seterusnya hasil komoditas kemiri,” ujar Abdillah M.Saleh.

Gerakan tim yang dipimpin H.Lukman MD, SIP dan Abdillah M.Saleh, S.Pd ini sudah berjalan sejak tahun 2016. Pembinanya, Camat, Dan Ramil, Kapolsek, dan Kepala KPH Parado khususnya Kepala Resor Kehutanan Kecamatan Parado.
Perhatian terhadap reboisasi ini gencar digaungkan di Kecamatan Parado karena pembabatan hutan yang terjadi lantaran masyarakat mulai tergiur dengan tanaman jagung yang laris manis di pasar bisnis komoditas pertanian nonpadi.

Pembabatan ini berlangsung bagaikan dikomando di seluruh Kabupaten Bima. Di mana-mana kini, penuh dengan tanaman jagung, seperti yang saya saksikan ketika lebaran 2024. Di sisi jalan tanaman jagung menyentuh batas jalan yang diaspal.

Baca juga :  Oknum Pendemo dari Wajo di Bone, Apakah Soal Pilbup Belum Move On?

Data BPS Kabupaten Bima 1 Maret 2024 menyebutkan, luas panen jagung pipilan pada 2023 mencapai areal seluas sekitar 179,03 ribu hektare, mengalami penurunan sebanyak 17,04 ribu hektare atau 8,69% dibandingkan luas panen pada 2022 yang sebesar 196,06 ribu hektare.

Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14% pada 2023 sebesar 1,28 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 140,89 ribu ton atau 9,91% dibandingkan pada 2022 yang sebesar 1,42 juta ton. Potensi luas panen jagung pipilan kering Januari–April 2024 diperkirakan mencapai 77,02 ribu hektare dengan potensi produksi jagung pipilan kering kadar air 14% sebesar 558,01 ribu ton.

Penggundulan hutan ini akhirnya terjebak pada dua pilihan yang kontradiktif. Membabat hutan mengakibatkan kerusakan lingkungan hutan, di sisi lain juga memberikan kesejahteraan tidak permanen kepada masyarakat, khususnya para petani jagung itu sendiri. Bagaikan buah simalakamma. (Bersambung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Komisi IV DPR RI: Produksi Surplus 3,7 Juta Ton, Harga Beras Bukan Tugas Mentan Amran

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS, Riyono, mengapresiasi kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran...

Produksi Surplus 3,7 Juta Ton, Komisi IV Apresiasi Mentan Amran

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Komisi IV DPR RI memberikan apresiasi kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman atas capaian...

Polsek Wajo Gelar KYRD Patroli Blue Light, Wujudkan Makassar Aman dan Damai

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah hukumnya, jajaran Polsek Wajo Polres Pelabuhan...

Kualifikasi Piala Asia U-23 Grup C: Indonesia Ditahan Imbang Laos, 0-0

PEDOMANRAKYAT, SIDOARDJO - Perjuangan berat tim nasional Indonesia U-23 menjebol gawang Laos ternyata tidak membuahkan hasil sepanjang babak....