Ia berharap kunjungan ini bukan kunjungan pertama dan terakhir, akan tetapi ini akan menjadi kunjungan kontinyu dalam upaya kerja sama antara pihak sekolah dan media.
“Kita ketahui media sebagai salah satu pilar demokrasi di Indonesia sangat penting artinya untuk menginformasikan dan sosial kontrol. Namun ada peran penting media lagi, salah satunya adalah sesuai dengan pembukaan UUD 45 yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu peran yang kita ambil adalah menyediakan rubrik bagi ruang-ruang kreativitas di sekolah,” ucapnya.
Lebih lanjut lagi, wartawan tiga generasi ini juga menyampaikan bahwa peran media sudah harus lebih luas lagi sebagai sarana edukasi bagi pembaca dengan menyentuh segmen anak usia sekolah, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA.
“Apalagi dewasa ini gadget telah menguasai kehidupan kita, ini perlu kita manfaatkan sebagai sarana untuk edukasi. Seperti tadi ternyata di sekolah ini ada reporter cilik yang lengkap didampingi dengan fotografer (foto) dan kameramen (video). Saya rasa ini adalah sebuah terobosan baru bagi dunia pendidikan tingkat SD,” tandasnya.
Senada dengan itu Pemimpin BugisPos Group Arwan D Awing menyatakan kekagumannya atas beberapa inovasi yang telah dilakukan oleh SDN Kosamja.
“Saya cukup kaget tadi sekaligus bangga tiba-tiba diminta oleh siswa SDN Kosamja untuk diwawancarai. Biasanya kami yang mewawancarai, namun kali ini kami yang diwawancarai,” kata pria yang akrab disapa Om Awing ini.
“Tapi saya rasa, ini tak lepas dari adanya guru-guru hebat dibelakang mereka yang terus menerus mengajar dan mendidik siswa mereka agar menjadi pandai dan memiliki adab yang baik. Apalagi saya dengar tadi, salah satu siswanya pernah meraih juara 1 pidato dan dongeng memakai bahasa daerah Makassar, ini luar biasa,” tukasnya.
Ia juga memuji pengelolaan Perpustakaan SDN Kosamja yang telah terakreditasi A oleh Perpusnas RI.
Lebih jauh, Awing terus mengingatkan agar para orang tua siswa yang menitipkan anaknya di sekolah agar mau mengikuti sistem yang ada di sekolah.
“Karena sekolah itu bukan hanya sebagai tempat proses belajar mengajar, akan tetapi sebagai tempat pendidikan budi pekerti. Apalagi akhir-akhir ini banyak kriminalisasi yang menimpa guru dan sekolah, mulai dari kasus ibu Supriyani dan terakhir di Surabaya. Semoga kita di Makassar tidak demikian,” pungkasnya.(ab)