PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Setelah menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Bahasa Inggris Dalam Perspektif Pedagogi : Peranan, Tantangan, dan Peluangnya di Era Globalisasi” di depan Rapat Paripurna Senat Akademik Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dra. Nasmilah, Dip.TESL, M.Hum, Ph.D resmi dikukuhkan jabatan Guru Besarnya dan diterima sebagai anggota Dewan Profesor Unhas ke-545, Selasa (24/12/2024) di Ruang Senat Unhas, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Kota Makassar.
Pengukuhan jabatan Guru Besar dan penerimaan sebagai Anggota Dewan Profesor Unhas ke-545 ditandai dengan penandatanganan berita acara yang dilakukan oleh Prof. Dra. Nasmilah, Dip.TESL, M.Hum, Ph.D bersama Ketua Senat Akademik Unhas Prof. Dr. Bahruddin Thalib, drg, M.Kes, Sp.Pros(K), Ketua Dewan Profesor Unhas Prof. Dr. Andi Pangerang Moenta, SH, MH, DFM, dan Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc, serta disaksikan puluhan Anggota Dewan Profesor Unhas, sejumlah pejabat Rektorat dan Dekan Fakultas, maupun ratusan undangan yang hadir.
Dalam pidato ilmiahnya, alumni SMA Negeri 1 (SMANSA) Makassar angkatan 1982 ini menyoroti pentingnya kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu lifeskill utama dalam era globalisasi, khususnya di kawasan ASEAN. Peranan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, berperan penting dalam pendidikan, kebudayaan, ekonomi hingga teknologi. Bahasa Inggris mendominasi pembelajaran bahasa asing di Indonesia karena fungsinya sebagai alat untuk akses global, peningkatan peluang kerja, dan pengembangan pendidikan.
Pemerintah telah memasukkan Bahasa Inggris dalam kurikulum formal di tingkat menengah. Namun, kemampuan siswa dalam menguasai bahasa ini masih rendah, yang memunculkan pertumbuhan lembaga nonformal untuk memenuhi kebutuhan praktis pembelajaran. Bahasa Inggris juga dianggap sebagai bahasa bergengsi yang sering digunakan dalam komunikasi tingkat elit yang melibatkan code-switching dan code-mixing. Hal ini mempertegas peranannya dalam kehidupan sosial dan profesional. Di sisi lain, kurangnya kemampuan komunikasi praktis dalam Bahasa Inggris menjadi hambatan besar, meskipun telah diajarkan selama bertahun-tahun di sekolah formal.
Menurut Ketua Departemen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Unhas yang dilahirkan di Malino, Kabupaten Gowa, 3 November 1963 ini, tantangan dalam pembelajaran Bahasa Inggris dapat diamati melalui beberapa fenomena, di antaranya adalah, resistensi pebelajar terhadap pembelajaran Bahasa Inggris akibat minimnya eksposur Bahasa Inggris di luar kelas. Persepsi bahwa Bahasa Inggris hanya salah satu mata pelajaran formal. Terjadinya ketimpangan fasilitas belajar antara pelajar di perkotaan dan pedesaan. Serta kurangnya motivasi intrinsik karena pembelajaran dianggap tugas wajib, bukan kebutuhan.