Mungkin sama sekali tidak mengetahui peristiwa yang dialami anaknya. Saya juga berpikir, apakah sang ibu akan berhenti dan kembali mengambil tas anaknya yang jatuh di tengah derasnya arus lalu lintas Jl.Perintis Kemerdekaan siang itu.
Ibu itu terus melajukan sepeda motornya ke arah pintu I Unhas, sepertinya tidak tahu sama sekali, ‘musibah’ yang menimpa anaknya. Pikiran saya yang menjadi saksi mata, juga ikut prihatin dengan kejadian itu. Apalagi melihat kegelisahan si anak tersebut.
Di tengah saya ikut “kepo” dengan kegelisahan si anak, tiba-tiba ada seorang pengendara motor melambung motor yang membawa anak itu bersama ibunya. Tepat di samping sepeda motor yang ditumpangi si anak, dia menyerahkan tas kecil miliknya yang jatuh. Anak itu tampak sedikit kaget ketika ada tangan yang menjulurkan tas ke arahnya. Saya tidak melihat bagaimana wajah anak itu setelah menerima kembali tasnya yang jatuh karena saya bergerak di belakangnya. Namun transaksi perpindahan tas dari si pemuda ke si anak berlangsung dalam ‘pengawasan’ mata saya yang sedetik pun tidak berkedip.
“Luar biasa, hati si pemuda itu,” saya membatin setelah melihat kejadian itu sambil terus menjalankan kendaraan.
Tiba-tiba saja spontan muncul di hati saya ingin menyampaikan terima kasih kepada si pemuda tersebut, meskipun keterlibatan saya karena alasan manusiawi belaka. Saya tidak mengenal anak itu. Relasi saya semata-mata lantaran ada hubungan manusiawi belaka. Prinsip yang selalu melekat dalam diri, selalu ingin berbuat terhadap sesama manusia.
Saya pun mengejar sepeda motor yang dikendarai si pemuda itu. Dia bergerak di sisi kiri Jl.Perintis Kemerdekaan menuju ke arah Pintu I Unhas. Searah dengan saya. Ketika kendaraan saya tepat di sampingnya, saya membunyikan klakson. Saat dia menoleh ke kanan, saya mengacungkan jempol tangan kanan sambil tersenyum.
“Anda telah melakukan sesuatu yang luar biasa menghapus kegelisahan anak SD tadi,” saya menggumam.
Melihat saya mengacungkan jempol, sang pemuda tersebut secara refleks, mengangkat jempolnya sambil tersenyum tipis. Tampaknya, dia membaca kekaguman saya padanya.
“Terima kasih, Bapak,” mungkin itu kata batinnya merespon bahwa ada seorang lansia yang sedang mengendarai mobil menghargai perbuatan baiknya satu dua menit yang lalu. (M.Dahlan Abubakar).