Satu ruas jalan di Desa Nanga Wera juga nyaris putus, sehingga akses transportasi terhambat. Dampaknya meluas hingga ke sektor pertanian, dengan sekitar 40 hektare lahan pertanian terdampak, tanaman padi terbawa arus, dan sawah dipenuhi sedimen.
Jumlah pengungsi akibat bencana ini tercatat mencapai 99 orang. Para pengungsi mendirikan tenda darurat di rumah kerabat atau masjid-masjid terdekat. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara. Pemerintah setempat dan berbagai lembaga kemanusiaan harus segera merespon situasi darurat ini.
Sejumlah pihak telah bergerak cepat untuk menangani dampak bencana ini. Tim SAR gabungan yang terdiri atas BPBD Kabupaten Bima, Tagana Dinsos, Basarnas, TNI, Polri, Pol PP, PMI, relawan, dan masyarakat telah diterjunkan untuk melakukan pencarian korban dan pembersihan lingkungan terdampak.
Pemerintah Kabupaten Bima juga memberikan bantuan berupa makanan siap saji dan pelayanan kesehatan kepada para korban dan pengungsi. Komisi IV DPRD Provinsi NTB pun telah meminta Pemprov NTB segera merespon bencana ini dan mengatasi kerusakan infrastruktur yang terjadi.
Pemerintah daerah bersama BNPB telah menyusun langkah-langkah mitigasi guna mencegah bencana serupa terjadi di masa depan. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain:
Pembersihan material longsor yang menutupi akses jalan dan pemukiman.
Pemulihan infrastruktur, termasuk perbaikan jembatan dan jalur transportasi yang terdampak. Edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem.
Selain itu, tim ahli dari BPBD dan BMKG juga tengah melakukan evaluasi untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir guna menemukan solusi jangka panjang dalam mengurangi risiko bencana di daerah tersebut.
Laporan “Antara”, Jumat (7/2/2025) menyebutkan, empat orang korban banjir bandang di Bima masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan saat memulangkan jenazah Juliani (32) yang ditemukan mengapung di Pantai Long Pink Beach Pulau Padar Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Kamis (6/2/2025). Juliani menjadi salah satu korban banjir bandang di Kecamatan Wera Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terjadi pada Minggu (2/2/2025) dan jenazahnya dipulangkan ke Wera, Bima, Jumat (7/2/2025).
Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap sisa korban terseret banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terjadi pada Ahad (2/2).
“Masih ada empat korban dalam pencarian,” kata Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan pencarian terhadap para korban yang belum ditemukan ini dilakukan di segala arah, baik melalui penyisiran aliran sungai maupun laut.
“Penyisiran juga dilakukan di beberapa titik yang dicurigai korban berada,” katanya.
Sebelumnya salah satu korban banjir bandang di wilayah Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, ditemukan tim SAR gabungan pada Kamis (6/2) pagi.
Sebelumnya juga Kantor SAR Maumere mengerahkan tim rescue Pos SAR Manggarai Barat (NTT) mengevakuasi jenazah perempuan yang kemudian diketahui bernama Juliani di pesisir Pantai Long Pink Beach Pulau Padar.
Bersama dengan unsur dari Polres Manggarai Barat, KSOP Mabar, Lanal Mabar, Polair Polres Mabar, dan KKP Manggarai Barat, mayat tersebut dievakuasi menuju Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo untuk penanganan lebih lanjut.
Hariyadi mengatakan berdasarkan hasil identifikasi oleh tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Kepolisian Manggarai Barat, jenazah tersebut merupakan Juliani (32) warga Dusun Karuwu, Desa Nangawera, korban banjir bandang di Bima.
“Juliani ditemukan sejauh 44 NM arah barat laut dari lokasi kejadian,” kata Hariyadi.
Ia menambahkan jenazah dibawa hari ini (7/2/2025) menggunakan speedboat pada pukul 06.00 WITA menuju Pelabuhan Oi Tui, Kabupaten Bima, dan tiba pada pukul 08.28 WITA serta telah diserahkan ke pihak keluarga.(*/MDA).