“Untuk jumlah arus mudik lebaran tahun 2025 sebanyak 10.500 orang. Jumlah tersebut menunjukan ada kenaikan 20% dibandingkan tahun 2024 lalu,” kata M.Junaid.
Wartawan media ini yang ikut dalam pelayaran Km Tilongkabila 9 April 2025 melaporkan, armada PT Pelni yang memiliki panjang 99,8m, lebar 18,3m dengan ‘gross tonnage’ (volume total) 6022 itu, tepat pukul 23.00 Wita melepaskan tali temalinya dari patok beton Dermaga Pelabuhan Bima dilepas lambaian tangan oleh puluhan pengantar penumpang yang masih bertahan di area pelabuhan.
KM Tilong yang pernah menjalani doking di PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Cirebon 24 Januari s.d. 20 Februari 2025 tersebut merapat di Labuan Bajo pada pukul 06.30 dan pada pukul 08.15 Wita kembali melanjutkan pelayaran menuju Pelabuhan Makassar setelah melakukan debarkasi dan embasi penumpang di pelabuhan objek wisata global tersebut.
Wartawan media ini melaporkan, pemerintah Kota Bime dan pihak terkait perlu memberi sedikit perhatian terhadap ruas jalan masuk ke kawasan Pelabuhan Bima yang banyak berlubang. Perhatian terhadap perbaikan jalan ini menjadi penting karena Pelabuhan Bima merupakan pintu masuk keluar melalui laut paling sibuk di Nusa Tenggara Tenggara Barat (NTB) di samping Pelabuhan Lembar Lombok, Pelabuhan Feri Pototano Sumbawa dan Kayangan Lombok Timur, yang dipadati oleh bus angkutan penumpang dan truk muatan logistic dan barang antarprovinsi
Debarkasi-embarkasi di Makassar.
KM Tilongkabila dengan ‘speed’ 12,0 knots ini sudah berada di perairan Pelabuhan Makassar pada pukul 03.00 dinihari, Jumat (11/4/2025). Namun baru pada pukul 04.45 Wita baru dapat merapat di Dermaga Soekarno Hatta karena menunggu salah satu kapal penumpang PT Pelni lainnya yang segera meninggalkan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar.
Setelah menurunkan penumpang di Pelabuhan Makassar, KM Tilongkabila akan kembali mengangkut penumpang tujuan Labuan Bajo-Bima-Lembar-Benoa sekaligus juga mengawali trayek rutinnya Beno-Bitung (pp). Kapal ini meninggalkan Pelabuhan Soekarno-Hatta pada pukul 08.00 Wita, setelah sandar selama lebih kurang tiga jam.
Debarkasi-embarkasi di Pelabuhan Makassar, Jumat subuh dirasakan oleh sejumlah penumpang kurang nyaman karena ruang tunggu penumpang dipadati penumpang yang akan menaiki kapal. Para penumpang yang turun melalui garbarata berpapasan dengan para penumpang yang akan naik kapal dan memadati jalan keluar yang dilewati penumpang yang baru turun,.
Tidak hanya itu, penumpang yang baru turun harus berhenti karena memberi kesempatan kepada para penumpang yang akan menuju ruang tunggu.
Keadaan ini diperparah lagi oleh arus lalu lintas di depan gedung terminal, tempat para penumpang yang akan naik dan turun berpapasan. Puluhan truk raksasa merangsek masuk ke area pelabuhan, berbaur dengan mobil angkutan penyumpang yang yang memarkir di sisi kiri kanan tepi jalan sepanjang poros di depan gedung terminal. Keadaan ini membuat mobilitas penumpang terganggu.
Salah seorang penumpang yang juga anggota kepolisian mengimbau agar pada masa yang akan datang, jalur arus penumpang naik dan turun harus terpisah demi kelancaran debarkasi-embarkasi penumpang. Dengan menggunakan garbarata, para penumpang yang turun harus berjalan naik turun tangga gedung dan jembatan hampir setengah kilometer jauhnya dengan tempat mereka menunggu angkutan kendaraan lanjutan ke kediaman masing-masing. (MDA).