Ada rasa haru yang tak bisa disembunyikan. Apalagi, Muhammad Nur setiap hari menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam demi sampai ke sekolah tempat ia mengabdi.
“Melihat murid saya yang dulu, kini menjadi pemimpin di dunia pendidikan, apalagi di tempat yang menantang seperti ini, rasanya luar biasa. Ini bukti nyata, pendidikan punya kekuatan untuk membentuk dan menyambungkan antar generasi,” ujar Sukayono dengan mata berbinar.
Sukayono menuturkan, tujuan utama dari kegiatan diseminasi ini sendiri adalah memberikan pemahaman yang jelas kepada siswa dan orang tua di daerah perbatasan terkait proses penerimaan peserta didik baru.
Menurutnya, dengan informasi yang lengkap dan mudah dipahami, diharapkan para calon siswa bisa lebih siap menghadapi proses masuk ke jenjang pendidikan menengah atas.
Reza Taher, salah satu perwakilan tim dari SMA Negeri 2 Enrekang, menegaskan, sekolahnya berkomitmen untuk terus terlibat aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan, tidak hanya di Enrekang tapi juga di wilayah-wilayah sekitar.
“Kami ingin memastikan, setiap anak tak peduli seberapa jauh mereka tinggal, tetap punya akses dan kesempatan yang sama untuk melanjutkan pendidikan,” ungkap Reza.
Cerita ini bukan hanya tentang sosialisasi pendidikan. Ini tentang dedikasi, tentang hubungan guru dan murid yang melampaui ruang kelas, dan tentang bagaimana pengabdian bisa menumbuhkan inspirasi di tempat-tempat yang sering terlewatkan dari sorotan. Kepala UPT SMAN 2 Enrekang, Sukayono, menandaskan. (Hdr)