“Mereka tak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosional seperti mendengarkan, membimbing, dan memberi solusi,” tukasnya.
Menurut dia, bagi mereka, turnamen ini bukan hanya soal pertandingan futsal. Lebih dari itu, ini adalah ruang belajar langsung bagi siswa, terutama pengurus OSIS untuk memahami pentingnya kepemimpinan, tanggung jawab, dan kerja tim.
“Dalam prosesnya, nilai-nilai kebersamaan dan saling percaya tumbuh subur di antara siswa dan guru,” sahutnya.
“Pengalaman ini tidak bisa digantikan oleh teori di kelas. Mereka belajar memimpin, menghadapi tekanan, dan menyelesaikan konflik secara nyata,” ujar Junaedi Abdul Rasyid, salah satu pembina.
Ia mengatakan, turnamen ini juga menjadi medium mempererat relasi antara sekolah dan masyarakat sekitar. Kehadiran tim kesiswaan yang total dalam mendampingi siswa menunjukkan model kepemimpinan yang partisipatif (berperan aktif, red), bukan instruktif alias hanya menunggu arahan, yang mulai menjadi wajah baru pendidikan menengah di daerah.
Dengan semangat kebersamaan yang mereka tunjukkan, Tim Kesiswaan SMAN 2 Enrekang bukan hanya membantu menyukseskan satu acara, tetapi ikut menanamkan nilai yang akan bertahan lebih lama yaitu, keikhlasan dalam bekerja dan tanggung jawab sebagai pendidik, Sukayono, Kepala UPT SMAN 2 Enrekang, menandaskan. (Hdr)