Sabrina, salah satu siswa SMP Belawa mengungkapkan keluhannya. “Setiap hari saya harus menempuh 3 kilometer dari Desa Lautang ke sekolah, karena jalannya rusak berat, saya sering terlambat masuk kelas,” keluhnya.
Para orang tua juga mengaku khawatir jika anak-anak mereka harus terus melewati jalan yang tak layak tersebut, terutama saat musim hujan datang, karena resiko tergelincir dan jatuh sangat tinggi.
Warga berharap jeritan mereka tak lagi diabaikan, jalan tersebut bukan hanya jalur ekonomi, tapi juga jalur pendidikan dan masa depan generasi muda Desa Lautang.
“Kalau pendidikan jadi terhambat hanya karena jalan rusak, ini bentuk kegagalan negara melindungi hak dasar warganya,” ujar salah satu warga lainnya saat ditemui oleh media, Minggu, (15/6/2025). (Deden)