Keterangan foto: M.Saleh Kamah (ke-2 dari kiri) di Timor Timur (1975).
PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kisah tentang Jenderal TNI M.Jusuf kebal terhadap peluru itu sudah melegenda dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Catatan H.M.Saleh Kamah (MSK) ini mungkin dapat menjawab sedikit misteri yang beredar di masyarakat Sulawesi Selatan itu. Di mana letak “anti bodi” sang jenderal yang dilahirkan di Kajuara Bone 23 Juni 1928 dan berpulang pada 8 September 2004 itu, hingga tidak tersentuh peluru.
Nama wartawan kelahiran Gorontalo 18 Agustus 1934 ini boleh jadi mungkin tak akrab di kalangan wartawan muda sekarang ini. Biar sedikit mengenal sosok yang menerima “warisan” darah kewartawanan dari kakaknya, M.Ali Kamah ini, saya menerasikan sedikit sosoknya.
M.Saleh Kamah pertama belajar kewartawanan pada tahun 1953 di Harian “Pedoman Rakyat” (PR) dan Harian “Tinjauan” Makassar. Atas bimbingan abangnya, ya M.Ali Kamah itu, pada tahun 1956 ia bergabung dengan Kantor Berita “Antara” hingga purnabakti 1982. Pensiun dari “Antara” M.Saleh Kamah tetap menjaga profesinya. Dia pun berlabuh di Harian “Angkatan Bersenjata” hingga sekarang (1996, saat buku “Catatan Seorang Wartawan” yang diterbitkan Eko S. dan dicetak Perum Percetakan Negara RI Cabang Palu terbit).
Selama bergabung dengan “Antara”, MSK pernah diterjunkan meliput dalam perjuangan, melawan Belanda di Irian Barat (Papua) tahun 1969, meliput pergolakan di Timor Timur (1975) dan meliput pelaksanaan “Border Crossing Agreemenet” (perjanjian pelintasan batas) Filipina-Indonesia. Atas dedikasinya itu, dia memperoleh penghargaan dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal A.H.Nasution (1958), Satya Lencana Seroja yang diteken Menhankam/Pangab Jenderal TNI M.Jusuf (1980), dan sebagai wartawan berpengabdian dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Tengah (Februari 1995) bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional di Manado yang dihadiri Presiden Soeharto.
Kisah kebal M.Jusuf yang terungkap di dalam buku MSK ini, bermula ketika pada tanggal 5 April 1964, usai menggelar perundingan dengan Andi Selle, di Pinrang yang sudah banyak diketahui para tokoh pejuang, sejarawan, dan pemerhati atau pembaca sejarah di daerah ini. Pada hari itu, M.Jusuf dan Andi Selle berencana sama-sama ke Makassar. Di atas mobil yang ditumpangi Jusuf, ada Letkol Soegiri yang Komandan CPM, dan Komisaris Polisi Mardjaman, dan beberapa orang perwira.
Dalam perjalanan kembali itu, tiba-tiba terdengar teriakan.
“Tembak Panglima…,” diikuti rentetan peluru menyasar mobil rombongan M.Jusuf. Melihat gencar dan hebatnya tembakan, sudah dipastikan tidak ada yang selamat di dalam rombongan Panglima Kodam XIV Hasanuddin itu. Ternyata setelah situasi berhasil dikuasai pengawal, Letkol Soegiri tewas dan seorang perwira tewas. M.Jusuf selamat.
Tak pelak lagi, insiden Andi Selle ini mengukuhkan pandangan orang bahwa M.Jusuf memiliki ilmu kebal. Meskipun sang jenderal sendiri hingga akhir hayatnya tidak pernah menyinggungnya. Hanya saja dalam beberapa catatan, M.Jusuf pernah mengakui kepada Harun Rasyid Djibe, saat desingan gempuran peluru di Pinrang itu, ia merasakan bagian dadanya terasa panas.
“Jusuf memang hebat,” kata M.Basir, wartawan Harian PR dan M.A.Kamah, wartawan “Antara” (catatan tahun 1964), dua wartawan yang sangat dekat dengan Jusuf. Keduanya menganggap ada kekuatan batin yang dimiliki sang Panglima.
Pada suatu kesempatan, tulis MSK, ada latihan militer di Parepare tahun 1950-an. Saat itu dicoba peluru yang baru didatangkan dari luar negeri. Ketika rombongan M.Jusuf tiba, sebutir peluru ditembakkan dari jarak 500m ke arah rombongan Jusuf. Aneh, peluru tidak menuju sasaran, tetapi berbelok ke arah lain.
Di lain waktu, saat hendak berpidato di sebuah jembatan di Bone hujan lebat yang turun tiba-tiba berhenti. Namun ketika Edy Sabara -- yang kelak menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara -- naik podium, hujan lebat turun lagi.
Harun Rasyid Djibe (alm.) yang juga sangat dekat dengan M.Jusuf, setelah penembakan di Pinrang itu, terang-terangan mengatakan M.Jusuf kalau memiliki ilmu kebal. Beberapa staf M.Jusuf yang menjadi saksi mata peristiwa penembakan itu melihat hanya kepulan asap di tubuh M.Jusuf.
Letkol (Purn.) Salim Rukka, yang pernah menjadi stafnya pun mengisahkan. Apa yang dimiliki Jusuf sulit dipercaya di era modern ini. Orang boleh percaya, boleh tidak.
“Namun yang pasti, M.Jusuf itu hebat. Ia seorang pemberani, jujur, dan selalu memperhatikan kepentingan prajurit,” ungkap Salim Rukka pada halaman 47 buku MSK.
Kalau sudah jalan, dia tidak peduli apa pun yang ada di depan. Pernah sekali waktu, dia naik helikopter, cuaca buruk tiba-tiba datang. Jusuf tetap tenang.
“Tenang-tenang, putar saja cincin!,” katanya terdengar berkelakar diikuti helikopter kembali terbang dengan normal.
Cerita ilmu kebal yang beredar di tengah masyarakat itu bersumber dari pengalaman Jusuf sendiri. Beberapa kali dia diadang, ditembak, tetapi selalu selamat. Hasan Usman, salah seorang anggota PWI Sulsel dan salah seorang wartawan yang dekat dengan sang Jenderal, pernah secara iseng-iseng bertanya tentang ilmu kebal itu. Bahkan, Hasan Usman terang-terangan berkata Jusuf kalau menggunakan dan memiliki jimat.
“Nahh.. liat ini cincin bertuah!,“ kata M.Jusuf sambil tertawa, mendengar ucapan wartawan sahabatnya itu. Nah, bagaimana dengan pembaca? (*).