PEDOMANRAKYAT, SIDRAP - Malam itu, Sabtu 16 Agustus 2025, halaman rumah panggung milik Haji Zulkifli, anggota DPRD Sulawesi Selatan yang lebih dikenal dengan sapaan Haji Pilli, terlihat berbeda.
Lampu-lampu menyala terang, kursi berbahan plastik digelar, dan ratusan petani dari Kecamatan Baranti sudah duduk berjejer.
Mereka datang bukan untuk pesta atau hajatan keluarga, melainkan menghadiri sosialisasi pupuk organik cair Kupoji.
Suasananya hangat. Sesekali terdengar tawa kecil ketika narasumber menyelipkan cerita tentang tanah yang “lelah” karena dicekoki pupuk kimia bertahun-tahun.
“Kalau tanahnya sakit, panen kita juga sakit,” ujar Kolonel (Purn) Ir. Amsal Sampetondok, M.Si., pemilik PT Sompoan Sulawesi Sejahtera, produsen pupuk Kupoji, yang juga sebagai tokoh masyarakat Sulsel.
Bagi para petani, acara ini tidak sekadar penyuluhan. Setiap peserta pulang dengan membawa sebotol pupuk cair untuk diuji coba di sawah masing-masing.
“Alhamdulillah, kami senang. Dapat ilmu, dapat pupuk juga,” kata Baco, salah seorang petani yang ikut malam itu. Senyumnya mengembang, seperti menggambarkan harapan baru pada musim tanam mendatang.
Amsal menjelaskan, pupuk organik cair Kupoji dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan pestisida yang meninggalkan residu berbahaya.
Visi utamanya, menurut Amsal mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan hasil panen, dan menciptakan pertanian berkelanjutan.
“Kalau kita ingin anak cucu menikmati sawah yang sehat, kita harus kembali ke alam,” ucap purnawirawan TNI AD, berpangkat tiga bunga melati emas itu.
Bagi Haji Zulkifli, inisiatif ini punya makna lebih besar. Menurut politikus Partai Golkar itu, gerakan organik sejalan dengan program pemerintah pusat untuk mencapai swasembada pangan.
“Kalau tanah kita sehat, swasembada pangan bisa lebih cepat tercapai,” katanya sambil menyalami beberapa petani selepas acara.
Amsal melanjutkan, dorongan untuk kembali ke pupuk organik memang sedang gencar. Pemerintah mendorong petani mengurangi pemakaian pupuk kimia yang, meski praktis, telah menimbulkan kerusakan jangka panjang pada tanah.
Di banyak daerah, menurut Amsal, struktur tanah makin keras, produksi menurun, dan penyakit akibat residu pestisida kerap dikeluhkan.
Di Sidrap, daerah lumbung padi Sulawesi Selatan, tantangan itu terasa nyata. Karena itu, malam di rumah Haji Pilli itu seakan menghadirkan secercah optimisme.
Bagi Baco dan rekan-rekannya, botol kecil pupuk cair yang mereka bawa pulang mungkin hanyalah permulaan, tapi bisa jadi awal perubahan besar di sawah-sawah mereka. (Hdr)