“Politik Ranjang” Gowa dalam Proses Islamisasi di Bima • Aksa Raih Doktor “Sangat Memuaskan” di UIN Alauddin

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Keterangan foto: Dr.Aksa, S.Pd., M.Pd. dan istri (tengah) usai sidang promosi doktor di UIN Alauddin Makassar, Senin (25/8/2025). (Foto: MDA/PR).

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Proses masuknya Islam di Bima merupakan dinamika historis yang berlangsung secara gradual sejak abad XVI melalui infiltrasi budaya religius dari arah barat (Jawa), timur (Ternate), dan ekskalasi Islamisasi di Bima mencapai titik kulminasi pada abad XVII melalui intensifikasi pengaruh dari utara (Gowa/Makassar).

“Dalam konteks ini, Kerajaan Gowa secara strategis mengimplementasikan politik “tellu cappa” (tiga ujung) sebagai instrumen ideologis dan politik dalam menyebarluaskan ajaran Islam secara sistemik dan terstruktur. Politik tiga ujung tersebut, ujung lidah (diplomasi), ujung badik, dan ‘politik ranjang’ (melalui kekerabatan/pernikahan),” ungkap Dr.Aksa, S.Pd.,M.Pd. saat mempertahankan disertasinya di UIN Alauddin Makassar,Senin (25/8/2025).

Mempertahankan disertasi berjudul “Relasi Ulama dan Sultan dalam membangun peradaban Islam di Kesultanan Bima Abad XVII-XX” pria kelahiran Desa Padende Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, 31 Desember 1988 itu, dinyatakan berhasil meraih gelar akademik tertinggi (doktor) dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam dengan yudisium “sangat memuaskan”.

Aksa yang meraih S-1 (2012) dan S-2 (2016) di Universitas Negeri Makassar (UNM), sebenarnya lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna, 4,00 dengan masa studi 2 tahun 11 bulan 24 hari, namun gagal meraih predikat “cumlaude” karena belum menerbitkan jurnal ilmiah internasional terindeks ‘scopus’. Nilai ujian disertasinya mencapai 3,96, dengan total 171,43.

Aksa yang dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, dalam disertasi yang dibimbing Promotor Prof.Dr.Hasaruddin, M.Ag. dengan Ko-Promotor: Prof.Dr. H. M. Dahlan M, M.Ag, dan Dr. Hj. Surayah Rasyid, M.Pd., mengatakan, ulama dan sultan merepresentasikan dua entitas otoritatif yang saling bersinergi dalam konstruksi peradaban Islam. Ulama sebagai “waratsat al-anbiya” (pewaris para nabi) memikul legitimasi spiritual. Sementara sultan sebagai “hawo ro ninu” (bahasa Bima/nggahi Mbojo, berarti pelindung dan pengayom), menjalankan fungsi protektif dan administratif terhadap “dou labo dana” (masyarakat dan negerinya).

Baca juga :  Rahasia Alam

“Kolaborasi keduanya memanifestasikan harmoni antara agama dan kekuasaan dalam proses restrukturisasi institusional dan revitalisasi tradisi “hanta u’a pua” (upacara adat memperingati Maulid Nabi Muhammad saw dan masuknya Islam di Bima) -- ekspresi ritus kultural tahunan (“rawi ma tolu kali samba’a),” ujar Aksa dalam sidang ujian promosi yang dipimpin Wakil Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Prof. Dr. H. Hasyim Haddade, M.A. dengan para penguji Dr. Muslimin A.R.Effendy, M.A. (penguji eksternal dari Unhas), dan penguji utama: Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M.A., Dr. Wahyuddin H, M.Ag. dan Prof. Dr. Hj. Syamzan Syukur, M.Ag.

Dr.Aksa, S.Pd.,M.Pd. yang sudah menulis sedikitnya 9 buku tersebut menyimpulkan dalam butir ketiga disertasinya, dalam konteks kolonialisme dan dinamika politik yang terus bertransformasi, ulama, dan sultan menempati posisi strategis yang berbeda, mencerminkan adaptasi terhadap perubahan konstelasi kekuatan. Intervensi VOC (Belanda) melalui instrumen hukum seperti Perjanjian “Ncake”, Perjanjian Bongaya, hingga “Lange Verklaring” (tanah yang tidak dimiliki secara sah akan menjadi milik negara) membentuk relasi kuasa yang asimestris dan menstimulasi resistensi kolektif ulama mengartikulasikan perlawanan melalui jihad. Sementara konflik di berbagai ranah mencerminkan ekspresi perjuangan rakyat berlandaskan pada nilai-nilai ideologis, keadilan sosial, dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.

Krisis legitimasi

Dr.Aksa, anak pasangan Mahmud-Siti Maryam ini, mengatakan, pada akhir abad XIX hingga awal abad XX, Kesultanan Bima menghadapi krisis legitimasi akibat sikap kompromistis Sultan Ibrahim (1881-1915) terhadap kolonial Belanda. Alih-alih menjadi pelindung (hawo ro ninu), ia dianggap tunduk pada hegemoni kolonial melalui serangkaian perjanjian, termasuk “lange verklaring” (1886) hingga kontrak 1908 yang meruntuhkan kedaulatan politik dan memperberat beban ekonomi rakyat dengan pajak kolonial.

Baca juga :  Kapoksahli Pangdam XIV/Hsn Bersama Kasal Saksikan Kemeriahan City Parade MNEK 2023

“Kekecewaan kolektif melahirkan frustrasi sipil yang bermuatan spiritual, dipimpin ulama, bangsawan, dan pemimpin lokal serta termanifestasikan dalam Perang Ngali (1908-1909), Perang Kala (1909-1910), Perang Dena (1910), dan Rasa Nggaro. Perlawanan ini mencerminkan jihad sabil melawan ketidakadilan sekaligus menandai lahirnya kesadaran historis rakyat Bima untuk mempertahankan martabat, keadilan, dan identitas kolektif di tengah penetrasi colonial,” ujar Aksa.

Ia mengatakan, Perang Ngali merupakan perang sabil dan salah satu puncak resistensi masyarakat Bima terhadap kolonial Belanda. Perang ini berakar pada kekecewaan rakyat terhadap Sultan Ibrahim yang dianggap gagal menegakkan peran sebagai pelindung dan pengayom dan justru tunduk pada serangkaian perjanjian kolonial, termasuk kontrak politik (1908) yang memperberat pajak.

“Kondisi ini memicu perlawanan yang dipimpin ulama dan tokoh lokal dengan Salasa Ompu Kapa’a sebagai figur sentral,” kata Aksa mengutip Rosdiana (2022) dalam tulisannya yang dimuat dalam “Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra”, kemudian menambahkan, Perang Ngali tidak hanya bermakna politik, tetapi juga religius karena dipandang sebagai jihad sabil melawan ketidakadilan struktural dan dominasi kolonial.

Dr. Aksa, S.Pd, M.Pd., menjalan pendidikan dasar dan tamat di SDN Padende Kecamatan Donggo Bima (2002), SMPN 11 Bima (2005), dan SMKN 5 Bima pada tahun 2008. Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke Jurusan Pendidikan Sejarah UNM Makassar dan tamat (2012), mengikuti program magister Program Pendidikan IPS Kekhususan Pendidikan Sejarah PPs UNM (tamat,2016), dan meraih gelar doktor pada Dirasah Islamiah Konsentrasi Sejarah Perdaban Islam PPs UIN Alauddin Makassar (2025) dan tercatat sebagai doktor ke-1.499 yang dihasilkan UIN Alauddin Makassar hingga kini.

Unik dan energik

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Prof. Dr. Bersihannor, M.Ag. usai sidang promosi doktor mengatakan, promovendus ini termasuk sosok yang unik. Keunikan itu pada sisi nama. Hanya ada dua nama di UIN Alauddin yang namanya pendek, yakni Capi dan Aksa. Hanya terdiri atas empat huruf. Dia tipe dosen yang cukup unik. Dia penulis, pun energik dan seorang ilmuwan ‘pure’ (murni) sains. Ilmuwan yang sering memberikan materi di beberapa tempat.

Baca juga :  Terima Audiensi KPU Sulsel, Pangdam XIV/Hsn Sepakat Pemilu 2024 Dewasa dan Aman

“Dia ini diamanahkan oleh pusat untuk membuat soal-soal Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Jadi kalau mau tahu soal sejarah Islam, tanya dia, “ujar Prof. Bersihannor bernada kelakar.

Prof. Bersinannor sangat mengapreasi dengan orang Bima. Sepengetahuannya, orang Bima itu termasuk ‘fighter’ (petarung) dalam bidang akademik. Banyak orang Bima yang sukses di sini, guru besar, dosen, ulama, mubalig, dan guru.
“Mengapa orang-orang Bima bersemangat seperti itu, jangan-jangan Bima itu ada di Quran. Di kitab suci hanya beberapa saja negeri yang disebut. Tidak ada Makassar, tidak ada Banjarmasin, kampung saya. Bima ada,” ujar Bersihannor sambil menyebut ayat yang ada lafaz ‘bima’, kemudian melanjutkan, mungkin itu sebabnya orang Bima itu menjadi “manusia Quran”, manusia yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu mendalami Alquran.

Prof.Bersihannor mengunci testimoninya dengan mengatakan “Dia (Dr. Aksa) merupakan aset fakultas, aset UIN Alauddin, dan aset nasional”. (mda).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Mengaku Lajang Saat Menikah, Oknum Kadis Pariwisata Tapanuli Utara Dilaporkan Ke Polda Sumut

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - Oknum Kepala Dinas Pariwisata Tapanuli Utara berinisial SHS dilaporkan oleh Elsa Lorenza (29).Laporan itu teregister...

Kredibilitas Bupati Deli Serdang Terancam Akibat Arogansi Oknum Pejabat Pertanian

PEDOMANRAKYAT, DELI SERDANG - Kredibilitas Bupati Deli Serdang, Asriludin Tambunan, kini dipertaruhkan akibat tindakan sewenang-wenang MR Siregar, Plt....

Mentan Amran Laporkan Percepatan Program Swasembada Pangan Ke Presiden Prabowo

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melaporkan percepatan program pencapaian swasembada pangan dalam Rapat Terbatas...

Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Momentum Ukhuwah dan Kebersamaan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H / 2025 di Auditorium Aljibra UMI, Senin 25/08/2025,...