Ruang Singgah yang Humanis
Di saat banyak warkop berlomba menghadirkan desain modern nan instagramable, Warkop Siama justru menonjolkan kesederhanaan. Meja kayu yang sudah mengilap karena sering dipakai, kursi plastik yang tersusun rapi, dan suasana akrab antar pengunjung menciptakan atmosfer berbeda, yaitu lebih intim dan hangat.
Di sini, Musa bukan sekadar pemilik warkop. Ia sekaligus pendengar, sahabat, dan bahkan “terapis” bagi orang-orang yang singgah.
Tidak sedikit pelanggan yang datang bukan hanya untuk ngopi, melainkan untuk berbagi cerita, mencari nasihat, atau sekadar melepas penat.
“Kalau di warkop lain saya hanya minum dan pergi, di sini saya bisa duduk lama. Pak Musa itu sosok yang ramah, bisa diajak bicara apa saja,” kata Jamal, pengunjung setia.
Menjaga Warisan, Merawat Kebersamaan
Musa Ibrahim tidak tergoda dengan tren minuman kekinian yang marak di pasaran. Ia tetap mempertahankan kopi sebagai pusat dari warkopnya.
Menurutnya, kopi adalah warisan rasa yang tidak boleh hilang hanya karena mengikuti mode sesaat.
“Saya ingin kopi tetap apa adanya. Sederhana, tapi penuh makna. Karena kopi bukan cuma soal rasa, tapi juga kebersamaan,” ujarnya penuh keyakinan.
Dan memang, Warkop Siama bukan sekadar tempat menyeruput kopi. Ia telah tumbuh menjadi ruang kebersamaan yang memadukan hangatnya obrolan, nikmatnya kopi, dan terapi alami yang menenangkan tubuh.
Lebih dari Warkop Biasa
Perlahan tapi pasti, nama Warkop Siama mulai dikenal di kalangan penikmat kopi Makassar. Bukan karena kemewahan tempatnya, melainkan karena keunikan pengalaman yang ditawarkan.
Orang datang bukan hanya untuk minum kopi, melainkan juga mencari suasana berbeda yang menyatukan rasa, jiwa, dan tubuh.
Di Jalan Tarakan Makassar yang ramai, Warkop Siama berdiri sebagai simbol kecil yaitu warung kopi bisa lebih dari sekadar ruang singgah. Ia bisa menjadi tempat ‘healing’ (penyembuhan, red), ruang pertemuan, sekaligus rumah kedua.
Bagi Musa Ibrahim, semua itu adalah bagian dari panggilan hidupnya. “Kalau kopi bisa bikin orang betah, dan tangan saya bisa bikin orang sehat, kenapa tidak saya jalani keduanya ? Itu sudah cukup membuat saya bahagia,” tutupnya. (Hdr)