Lebih dari Sekadar Kopi, Warkop D’Siama dan Sentuhan Penyembuhan Musa Ibrahim

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Di tengah hiruk pikuk Makassar yang semakin padat, sebuah warung kopi sederhana di Jalan Tarakan menjadi ruang singgah yang berbeda.

Namanya Warkop D'Siama. Dari luar, warkop ini tampak biasa saja, meja kayu, kursi plastik, dan aroma kopi yang mengepul dari cerek aluminium.

Namun, siapa sangka, di balik kesederhanaan itu tersimpan pengalaman yang tidak bisa ditawarkan oleh warkop lain yaitu, racikan kopi bercita rasa khas dan terapi alami dari tangan sang pemilik, Musa Ibrahim.

Kopi yang Diracik dengan “Sentuhan Alam”

Musa Ibrahim bukanlah barista yang belajar di sekolah formal, apalagi lulusan pelatihan kopi modern.

Ia adalah peracik kopi otodidak yang mengandalkan kepekaan rasa dan pengalaman panjang.

Baginya, kopi bukan sekadar minuman pengusir kantuk, melainkan medium untuk menyatukan orang, membuka percakapan, sekaligus memberi energi bagi tubuh.

“Kopi itu kalau diracik dengan hati, rasanya berbeda. Saya tidak ingin sekadar menjual minuman, tapi menghadirkan suasana,” ujar Musa ketika ditemui di sela-sela kesibukannya melayani pengunjung, Senin (01/09/2025).

Pengunjung yang datang sering mengaku, kopi di Warkop Siama terasa lebih halus di lambung, aromanya lembut, dan meninggalkan sensasi hangat setelah diteguk. Beberapa bahkan menyebut racikan Musa berbeda dari kopi warkop kebanyakan.

Terapi Alami, Bakat yang Menyertai Kopi

Namun, keunikan Warkop Siama tidak berhenti di secangkir kopi. Musa Ibrahim ternyata memiliki kemampuan bawaan yang jarang dimiliki orang lain, yaitu terapi alami dengan sentuhan tangan.

Ia kerap membantu pengunjung yang mengeluh pegal, sakit kepala, atau rasa tidak nyaman di tubuh, bahkan stroke, bisu, tuli, asam lambung bisa ia sembuhkan dengan izin Allah SWT.

Bakat ini, menurut Musa, sudah ada sejak ia muda. Awalnya ia hanya membantu keluarga dan tetangga, namun semakin lama, semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya.

Baca juga :  Wabup Selayar Serahkan Bantuan Tanggap Darurat Kepada 16 KK Warga Desa Patikarya

Kini, pengunjung warkop pun sering mendapatkan terapi itu, kadang tanpa diminta.

“Kadang orang datang hanya mau minum kopi, eh..malah saya bantu kalau terlihat sedang sakit atau capek. Saya senang kalau bisa membuat orang merasa lebih baik,” kata Musa sambil tersenyum ramah.

Eka, Agung, dan Abu, salah seorang pelanggan, mengaku sudah beberapa kali merasakan langsung manfaat terapi Musa. “Saya biasanya ke sini sore-sore. Kopinya enak, tapi yang bikin beda itu karena ada tambahan terapi. Rasanya badan lebih enteng. Tempat ini jadi semacam ruang istirahat buat saya,” ujarnya.

Ruang Singgah yang Humanis

Di saat banyak warkop berlomba menghadirkan desain modern nan instagramable, Warkop Siama justru menonjolkan kesederhanaan. Meja kayu yang sudah mengilap karena sering dipakai, kursi plastik yang tersusun rapi, dan suasana akrab antar pengunjung menciptakan atmosfer berbeda, yaitu lebih intim dan hangat.

Di sini, Musa bukan sekadar pemilik warkop. Ia sekaligus pendengar, sahabat, dan bahkan “terapis” bagi orang-orang yang singgah.

Tidak sedikit pelanggan yang datang bukan hanya untuk ngopi, melainkan untuk berbagi cerita, mencari nasihat, atau sekadar melepas penat.

“Kalau di warkop lain saya hanya minum dan pergi, di sini saya bisa duduk lama. Pak Musa itu sosok yang ramah, bisa diajak bicara apa saja,” kata Jamal, pengunjung setia.

Menjaga Warisan, Merawat Kebersamaan

Musa Ibrahim tidak tergoda dengan tren minuman kekinian yang marak di pasaran. Ia tetap mempertahankan kopi sebagai pusat dari warkopnya.

Menurutnya, kopi adalah warisan rasa yang tidak boleh hilang hanya karena mengikuti mode sesaat.

“Saya ingin kopi tetap apa adanya. Sederhana, tapi penuh makna. Karena kopi bukan cuma soal rasa, tapi juga kebersamaan,” ujarnya penuh keyakinan.

Baca juga :  Kepala Desa Bonea Alwan Sihadji SH Merasa Yakin Menangkan Praperadilan dan Tuntutan Ganti Rugi Rp 1,3 Miliar

Dan memang, Warkop Siama bukan sekadar tempat menyeruput kopi. Ia telah tumbuh menjadi ruang kebersamaan yang memadukan hangatnya obrolan, nikmatnya kopi, dan terapi alami yang menenangkan tubuh.

Lebih dari Warkop Biasa

Perlahan tapi pasti, nama Warkop Siama mulai dikenal di kalangan penikmat kopi Makassar. Bukan karena kemewahan tempatnya, melainkan karena keunikan pengalaman yang ditawarkan.

Orang datang bukan hanya untuk minum kopi, melainkan juga mencari suasana berbeda yang menyatukan rasa, jiwa, dan tubuh.

Di Jalan Tarakan Makassar yang ramai, Warkop Siama berdiri sebagai simbol kecil yaitu warung kopi bisa lebih dari sekadar ruang singgah. Ia bisa menjadi tempat 'healing' (penyembuhan, red), ruang pertemuan, sekaligus rumah kedua.

Bagi Musa Ibrahim, semua itu adalah bagian dari panggilan hidupnya. “Kalau kopi bisa bikin orang betah, dan tangan saya bisa bikin orang sehat, kenapa tidak saya jalani keduanya ? Itu sudah cukup membuat saya bahagia,” tutupnya. (Hdr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Dari Makassar ke Sorowako, KPS dan ELSTAR Bergerak Bersama Bangkitkan Semangat Korban Kebakaran

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Komunitas Kami Peduli Sosial (KPS) Makassar bersama PT. Els Wisata Marendeng melalui armada ELSTAR Bus...

Ketahanan Pangan Jadi Fokus, Polisi dan Warga Tanam Cabai, Terong hingga Jagung

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Ketahanan pangan kini menjadi perhatian serius Polres Pelabuhan Makassar. Melalui program Pekarangan Pangan Bergizi, jajaran...

Terkait Tarif PBB-P2, Pemkab dan DPRD Pinrang Gelar RDP Bersama KOMPI

PEDOMANRAKYAT, PINRANG - Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Pemkab dan DPRD Pinrang bersama aliansi mahasiswa dan Koalisi...

Meski Ada Penyesuaian Tarif, 100 Persen Warga Pasimarannu Lunasi Pajak PBB

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Warga yang ada di desa Pasimarannu Kecamatan Sinjai Timur merupakan salah satu desa yang telah...