Tujuh Tahun Gempa, Tsunami & Likuefaksi Palu:(3) “Mengendarai” Pohon Kelapa di Jono Oge

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Ini bisa dijadikan sebagai objek wisata likuefaksi. Jarang-jarang terjadi likuefaksi. Lebih baik dibiarkan begitu saja. Nanti ada lagi pejuang hak asasi manusia (HAM) yang menganggap menjual lokasi itu sebagai tindakan yang tidak manusiawi. Gambaran penderitaan orang dijual. Ini kejadian alam.
Sensasi gempa kali ini luar biasa. Sudah mau mati saja rasanya. Betullah sudah mau mati ini. Sebab, gempa itu diawali dengan bunyi gemuruh baru sampai getaran. Lebih dulu bunyi baru getaran. Bunyi kedengarannya bersumber dari tanah. Gemuruh tanah di bawah.

“Naik” Pohon Kelapa

Faridnam bercerita, di daerah Jono Oge, ada perawatnya berkebun jagung. Sudah mau panen. Sore-sore dia mengatakan akan pergi ambil jagung. Mau dibuat apa saja di rumah. Dia pun pergi ke kebunnya. Tepat gempa datang yang kemudian diikuti oleh likuefaksi, dia memeluk pohon kelapa sampai pagi. Setelah melihat suasana terang, dia bingung. Tidak tahu lokasinya sudah di mana.

Dia pun berjalan mencari jalan keluar bersama istrinya. Suami istri “naik” pohon kelapa. Suaminya “terikat” oleh bumi, istrinya disuruh lari. Tetapi dia tetap bertahan dan ngotot bersama suaminya,
“Kalau memang berpikir akan mati, kita mati sama-sama,” ujar istrinya.
Ehh.goyang lagi. Tanah pun terbuka lagi. Kakinya tertarik. Akhirnya selamat dua-duanya. Menumpang pohon kelapa saja.

Likuefaksi itu stop di sana. Rumah Sakit Ibu dan Anak Nasanapura. Artinya, perasaan yang senang. Perasaan nyaman. Ini termasuk rumah sakit paling murah di Palu. Sementara orang (rumah sakit) lain mahal, di sini murah. Ada juga Rumah Sakit Anutapura. “Pura” jika tidak salah bermakna “kita”. Kalau “Tinatapura” berarti Ibu (kita) Tina. Rumah sakit ini berada di ujung aliran tanah Petobo yang terkena likuefaksi parah itu. Saya menjelang magrib menyaksikan dari lantai tiga rumah sakit, betapa sejumlah rumah dan mobil “ditelan” tanah dan sudah sangat susah “dicabut”. Luas areal yang rata atau sudah tidak teratur dan hampa bangunan (kecuali mobil dan rumah yang digiring likuefaksi) seluas 5 atau 6 lapangan bola. Betapa dahsyatnya musibah ini. (Bersambung)

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Berikan Ceramah dan Shalat Tarwih Berjamaah, Bhabinkamtibmas Kodingareng Ajak Warga Perbanyak Amal Ibadah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Erau 2025 Jadi Panggung Silaturahmi, Putra Mahkota Gowa Hadir Bersama Sultan Kutai

PEDOMANRAKYAT, TENGGARONG - Putra Mahkota Kerajaan Gowa, Andi Muhammad Imam Daeng Situju Andi Kumala Idjo Daeng Sila Karaenta...

Enam Calon Aparat Desa Pattengko Jalani Tes Wawancara Oleh Forkopimcam

PEDOMANRAKYAT, LUTIM - Sebanyak enam calon perangkat Desa Pattengko, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur, mengikuti tes wawancara...

Terbang Perdana dengan Fly Jaya ke Selayar, Kapolres Ajak PJU dan Anggota Gunakan Penerbangan

PEDOMANRAKYAT, SELAYAR - Kapolres Kepulauan Selayar, AKBP Didid Imawan, SIK, SH, M.Tr.Mil turut serta dalam penerbangan perdana maskapai...

Bawa Badik Hadang Pengendara di Jalan, Seorang Warga Ditangkap Resmob Polres Selayar

PEDOMANRAKYAT, SELAYAR - Tim Resmob Sat Reskrim Polres Kepulauan Selayar berhasil mengamankan seorang warga yang dilaporkan melakukan penghadangan...