PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sulawesi Selatan, Mappiar H.S, menyayangkan sikap sebagian jurnalis muda yang ikut terpengaruh pemberitaan Tempo Media Group mengenai Kementerian Pertanian dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, hingga mau turun berdemo tanpa memahami persoalan secara utuh.
Menurut Mappiar, putusan Dewan Pers melalui Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) telah menegaskan adanya pelanggaran etik dalam pemberitaan Tempo terkait infografis “Poles-Poles Beras Busuk”. Namun Tempo disebut tidak melaksanakan seluruh poin yang direkomendasikan Dewan Pers, sehingga klaim bahwa mereka “sudah melaksanakan PPR” tidak sesuai fakta.
“Kasus ini bukan pertama kali. Ketika pelanggaran kode etik dilakukan berulang, kredibilitas media bisa runtuh,” tegasnya.
Dewan Pers menyatakan bahwa infografis Tempo itu tidak akurat dan melebih-lebih, termasuk visualisasi karung beras berlubang penuh kecoa yang menimbulkan dampak buruk terhadap persepsi publik atas petani dan dunia pertanian Indonesia.
Mappiar juga mempertanyakan agenda di balik pemberitaan tersebut, terutama mengingat struktur pemegang saham Tempo yang menurutnya perlu diawasi agar tidak memengaruhi independensi redaksi.
Ia menyayangkan aksi sebagian jurnalis muda di daerah yang justru berdemo membela Tempo, padahal di Jakarta dukungan media terhadap Tempo semakin merosot. “Nyaris tidak ada media besar yang ikut membela Tempo. Itu menunjukkan persoalannya tidak sesederhana yang mereka kira,” ujarnya.
Di tengah persoalan ini, Mappiar mengingatkan kembali bahwa tugas media sejatinya adalah membela dan mengangkat kebenaran, bukan menebarkan narasi disinformasi, bukan memelihara sensasi, dan bukan menimbulkan pesimisme di ruang publik.

