“Tenaga medis kita tidak bisa bekerja maksimal tanpa alat kesehatan yang memadai. Sangat disayangkan, karena akibatnya masyarakat Wajo justru berobat ke daerah lain. Ini artinya pemerintah membiarkan potensi ekonomi daerah lari ke luar,” tegasnya.
Selain alat kesehatan, Fery juga menyoroti minimnya tenaga dokter spesialis serta tenaga perawat dan bidan di Wajo. Ia berharap pemerintah daerah membuka lebih banyak formasi untuk tenaga kesehatan organik, agar kebutuhan di fasilitas kesehatan bisa terpenuhi.
“Banyak perawat dan bidan kita yang sudah terampil, tapi tidak terserap oleh pemerintah daerah. Akhirnya mereka bekerja di kabupaten lain. Ini harus menjadi perhatian serius,” katanya.
Lebih lanjut, Fery juga menyinggung soal keterlambatan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang hingga berbula bulan. Ia khawatir hal ini berdampak pada motivasi dan loyalitas tenaga medis di Wajo.
“Kalau kondisi ini terus dibiarkan, mereka bisa saja memilih pindah ke daerah lain yang menjamin kesejahteraan lebih baik,” ujarnya.
Ia menegaskan, sektor kesehatan harus menjadi prioritas utama Pemkab Wajo dengan peningkatan alokasi anggaran, sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen dan sistem kerja rumah sakit.
“Kita sudah tertinggal jauh. Seharusnya sekarang RSUD Lamaddukkelleng sudah bisa menjadi rumah sakit rujukan. Pemerintah daerah harus turun langsung menganalisis letak permasalahan dan mendengarkan keluhan dari para pelaku kesehatan,” tutupnya. (Deden)

