PEDOMANRAKYAT, WAJO - Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Wajo, Fery Surachmat, menyoroti kondisi fasilitas dan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukkelleng yang dinilainya semakin memprihatinkan.Rabu 5/11/2025
Hal tersebut ia sampaikan saat menggelar kegiatan reses Beberapa waktu yang Lalu.
Fery mengungkapkan bahwa sebagai anggota DPRD yang bermitra langsung dengan rumah sakit, pihaknya sudah berulang kali memberikan masukan dan kritik kepada manajemen RSUD Lamaddukkelleng agar melakukan pembenahan. Namun, hingga kini perbaikan yang diharapkan belum juga terlihat signifikan.
“Kondisi dan fasilitas yang ada sekarang memang cukup memprihatinkan. Kami di Komisi IV sudah sering memberikan masukan dalam setiap RDP dengan pihak rumah sakit agar hal-hal demikian segera dibenahi,” ujarnya.
Menurutnya, aspirasi dari tenaga kesehatan dan medis yang disampaikan saat reses menjadi perhatian serius untuk diperjuangkan. Ia menegaskan, bangunan RSUD Lamaddukkelleng yang sudah tua membutuhkan perhatian dan pemeliharaan lebih serius dari pemerintah daerah.
“Sangat disayangkan jika masyarakat Kabupaten Wajo, khususnya di Kecamatan Tempe, yang dirawat di rumah sakit harus mendapatkan fasilitas yang kurang memadai. Secara psikologis, hal itu dapat memengaruhi proses penyembuhan pasien,” tambahnya.
Salah satu persoalan paling mendesak, kata Fery, adalah ketersediaan alat kesehatan penunjang bagi tenaga medis. Banyak peralatan yang sudah tua, bahkan sebagian tidak lagi berfungsi. Kondisi ini membuat layanan kesehatan di Wajo kalah bersaing dengan kabupaten tetangga.
“Tenaga medis kita tidak bisa bekerja maksimal tanpa alat kesehatan yang memadai. Sangat disayangkan, karena akibatnya masyarakat Wajo justru berobat ke daerah lain. Ini artinya pemerintah membiarkan potensi ekonomi daerah lari ke luar,” tegasnya.
Selain alat kesehatan, Fery juga menyoroti minimnya tenaga dokter spesialis serta tenaga perawat dan bidan di Wajo. Ia berharap pemerintah daerah membuka lebih banyak formasi untuk tenaga kesehatan organik, agar kebutuhan di fasilitas kesehatan bisa terpenuhi.
“Banyak perawat dan bidan kita yang sudah terampil, tapi tidak terserap oleh pemerintah daerah. Akhirnya mereka bekerja di kabupaten lain. Ini harus menjadi perhatian serius,” katanya.
Lebih lanjut, Fery juga menyinggung soal keterlambatan pembayaran insentif tenaga kesehatan yang hingga berbula bulan. Ia khawatir hal ini berdampak pada motivasi dan loyalitas tenaga medis di Wajo.
“Kalau kondisi ini terus dibiarkan, mereka bisa saja memilih pindah ke daerah lain yang menjamin kesejahteraan lebih baik,” ujarnya.
Ia menegaskan, sektor kesehatan harus menjadi prioritas utama Pemkab Wajo dengan peningkatan alokasi anggaran, sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen dan sistem kerja rumah sakit.
“Kita sudah tertinggal jauh. Seharusnya sekarang RSUD Lamaddukkelleng sudah bisa menjadi rumah sakit rujukan. Pemerintah daerah harus turun langsung menganalisis letak permasalahan dan mendengarkan keluhan dari para pelaku kesehatan,” tutupnya. (Deden)

