“Peluang besar yang kita miliki harus dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. PERTETA juga harus ambil bagian, karena masih banyak potensi yang bisa kita kembangkan bersama,” harapnya.
Untuk itu, Mentan Amran mengajak PERTETA untuk mengambil peran lebih besar dalam pengembangan teknologi pertanian nasional, khususnya pada sektor hilirisasi. Ia menekankan bahwa peluang Indonesia menjadi negara maju berbasis pangan sangat besar, namun harus ditopang oleh inovasi nyata yang dihasilkan perguruan tinggi dan para insinyur pertanian.
“Jangan meneliti hanya mengikuti ego akademik. Telitilah sesuai kebutuhan rakyat. Jika kita mau maju, penelitian harus diarahkan pada tantangan nyata pertanian dan hilirisasi. Itu yang dibutuhkan Indonesia,” ucap Mentan Amran.
Lebih jauh, Mentan Amran mendorong PERTETA untuk mulai memproduksi alat pertanian dan hilirisasi sederhana yang bisa langsung diuji coba oleh Kementan.
Mentan Amran menegaskan bahwa ia menunggu keberanian perguruan tinggi menghasilkan prototipe nyata yang bermanfaat bagi petani.
“Kalau perlu, kumpulkan seluruh dekan teknik pertanian dari berbagai kampus. Tentukan fokus risetnya, lalu buat prototipe. Kalau alatnya bagus, langsung saya beli. Kita butuh inovasi, bukan sekadar diskusi,” ujarnya.
Mentan Amran juga meminta PERTETA mengembangkan desain alat tanam murah, teknologi pengolahan hasil (VCO, sensor, drone), hingga traktor amfibi yang dapat digunakan di lahan rawa. Ia menegaskan bahwa anggaran pertanian dapat digunakan untuk menyerap teknologi yang benar-benar aplikatif.
“Arah risetnya jelas, pangan dan hilirisasi. Kalau alatnya jadi dan cocok untuk petani, kita beli. Negara butuh inovasi kalian,” pungkas Mentan Amran. (*)

