Isu Asrama Polisi/TNI: Perlu Kesetaraan Mekanisme
Satu hal menarik yang ia soroti adalah mekanisme berbeda dalam pemilihan RT/RW di kawasan asrama polisi atau militer. Saat ini, ketua yang terpilih ditentukan oleh komandan asrama.
Padahal, kata Iwan Azis, banyak RT yang secara geografis bercampur—ada area asrama, ada warga sipil. Karena itu, ia mengusulkan agar mekanismenya diseragamkan.
“Mestinya mekanisme pemilhannya sama. Semangat kebersamaan ABRI dan rakyat yang diwariskan Jenderal M. Jusuf dulu itu harus tetap ada,” tegas mantan jurnalis dan seniman yang kini juga dikenal sebagai pengusaha reklame.
Aspek kesetaraan, kata dia, adalah roh demokrasi. Semua warga, baik sipil maupun penghuni asrama, berada pada posisi yang sama di hadapan aturan.
Sosialisasi Harus Digencarkan Menjelang 3 Desember
Dengan nada optimistis, Iwan Azis mengajak semua kelurahan di Kota Makassar lebih proaktif menggerakkan warganya. Baginya, Pemilu Raya RT/RW bukan hanya agenda rutin, melainkan momentum besar menuju penguatan demokrasi lokal.
“Kita berharap 3 Desember 2025 nanti melahirkan Ketua RT/RW yang punya legitimasi kuat dan benar-benar dipercaya masyarakat. Itu modal sosial untuk membangun kota ini ke depan,” pungkasnya.
Di usia hampir delapan dekade, semangatnya untuk menjaga denyut demokrasi di kampung sendiri tak pernah padam. Dari obrolan sederhana di warkop itu, suara seorang tokoh yang telah puluhan tahun mendampingi warganya kembali mengingatkan: demokrasi tumbuh dari bawah, dari warga, dari ruang kecil yang disebut RT dan RW. ( ab )

