Menapak Tangga Curam Inklusivitas di Hari Disabilitas Internasional Makassar

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Tangga besi itu terasa lebih curam dari biasanya. Setiap pijakan bukan sekadar anak tangga, tetapi juga simbol dari perjuangan yang masih harus ditempuh penyandang disabilitas untuk mendapatkan ruang yang setara. Di sanalah Lutfi, seorang difabel netra, melangkah perlahan menuju lantai dua Makassar Creative Hub, Anjungan Pantai Losari, Rabu, 3 Desember 2025—tempat peringatan Hari Disabilitas Internasional digelar.

“Ketika kami memilih Makassar Creative Hub sebagai lokasi kegiatan, ada yang bertanya kenapa harus di sini. Sebab tempat ini dinilai tidak aksesibel bagi teman-teman difabel,” ujar Lutfi di hadapan peserta Talkshow Inspirasi BaKTI.

Kalimat itu bukan sekadar keluhan. Ia adalah kritik yang jujur, lahir dari pengalaman nyata. Sebab untuk mencapai ruang talkshow di lantai dua, Lutfi dan rekan-rekannya harus menaklukkan tangga besi yang curam—tanpa jalur landai, tanpa lift, tanpa pegangan memadai.

Lutfi adalah difabel netra. Difabel sendiri merupakan akronim dari differently able—orang dengan kemampuan yang berbeda. Baginya, aksesibilitas bukan konsep abstrak, melainkan sesuatu yang sangat konkret: apakah sebuah ruang bisa dimasuki tanpa hambatan, tanpa rasa cemas, tanpa bergantung penuh pada orang lain.

“Peka saja tidak cukup. Yang kita butuhkan adalah kepedulian dan tindakan nyata,” tegasnya.

Di momen reflektif itu, Lutfi juga mengajak hadirin menundukkan kepala, berdoa bagi para korban bencana ekologis di Sumatra. Menurutnya, bencana lingkungan bukan hanya merusak alam, tetapi juga berpotensi melahirkan disabilitas baru.

Peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 mengusung tema “Fostering Disability-Inclusive Societies for Advancing Social Progress” atau “Mendorong Masyarakat yang Inklusif bagi Penyandang Disabilitas untuk Memajukan Kemajuan Sosial.”

Acara ini dihadiri berbagai kalangan: Konsul Jenderal Australia di Makassar Todd Dias, Wali Kota Makassar yang diwakili Kepala Dinas Sosial Andi Bukti Djufrie, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI Muh Yusran Laitupa, aktivis PerDIK, NGO, hingga komunitas relawan.

Baca juga :  Asmara Berujung Maut, Dominggus Tega Habisi Nyawa Ibu Mantan Kekasihnya

Muh Yusran Laitupa menyebut peringatan ini dirangkaikan dengan agenda 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Ia mengapresiasi perhatian Todd Dias terhadap isu inklusi.

“Kegiatan ini bukan seremoni semata, tetapi pengingat bagi kita semua bahwa inklusivitas adalah kerja bersama, lintas sektor,” ujarnya.

Todd Dias sendiri tampak terkesan saat anak-anak dari KOAS—komunitas orang tua dengan anak down syndrome—menari di pembukaan acara. Tarian medley itu sederhana, namun penuh makna. Di sisi panggung, para orang tua tak henti memberi kode dan semangat. Di wajah mereka terpancar rasa haru dan bangga: anak-anak mereka tampil percaya diri di ruang publik.

Sementara itu, Pemkot Makassar melalui Kadis Sosial Andi Bukti Djufrie menegaskan komitmen terhadap isu disabilitas. Ia menyebut visi MULIA—Makassar Unggul, Inklusif, Aman, dan Berkelanjutan—sebagai fondasi kebijakan.

Sejumlah program telah dijalankan: bantuan mesin jahit bagi kelompok disabilitas, hingga peluang bekerja di lingkungan Pemkot. Namun ia juga secara terbuka mengakui bahwa kawasan Pantai Losari, termasuk Makassar Creative Hub, belum sepenuhnya ramah difabel.

“Soal aksesibilitas di Pantai Losari, nanti kami sampaikan langsung ke Wali Kota Makassar,” janjinya.

Dalam kesempatan itu, Yayasan BaKTI menyerahkan buku “Setara, Berdaya, dan Inklusif” kepada Konjen Australia dan perwakilan Wali Kota. Buku tersebut berisi cerita perubahan dan pembelajaran tentang praktik-praktik inklusi di berbagai daerah.

Setelah seremoni, acara berlanjut pada Talkshow Inspirasi BaKTI bertema “Menelaah Keterhubungan Kekerasan terhadap Perempuan dengan Perubahan Iklim dalam Perspektif Inklusi Sosial.”
Tiga pembicara hadir: Nisriah Nurul Magfirah Nasir (GERKATIN Makassar), Ni Nyoman Anna (FORMASI Disabilitas Sulsel), dan Drs. Idrus, M.Si (Kadis PMD Maros). Diskusi dipandu Rusdin Tompo, pegiat literasi dan Koordinator SATUPENA Sulsel.

Baca juga :  Pemprov Sulsel Bersinergi Dengan Polda Sulsel Gelar Dzikir dan Doa kebangsaan Dalam rangka Pemilu Damai 2024

Beragam capaian program dipaparkan. Namun satu kesimpulan mengemuka: inklusi bukan tujuan yang bisa diraih sekali jadi. Ia adalah proses panjang yang menuntut keterlibatan semua pihak.

Hari itu, di Makassar Creative Hub, pesan tentang kesetaraan tidak hanya disampaikan lewat pidato dan diskusi. Ia juga hadir dalam rupa tangga besi yang curam—pengingat bahwa perjuangan menuju masyarakat yang benar-benar inklusif masih harus terus diperjuangkan, setapak demi setapak. (ab)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Lurah Antang Apresiasi Warga, Pemilihan RT/RW Berjalan Kondusif

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Lurah Antang, H. Waris, S.Sos., M.M., mengapresiasi penuh masyarakatnya atas suksesnya Pemilihan Ketua RT/RW yang...

Penyuluh Agama Buddha Apresiasi ToT Anti Narkoba Lintas Agama

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Sebagai upaya untuk memperkuat komitmen komunitas umat beragama dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika, Forum Kerukunan Umat...

1.944 Peserta Ikuti Seleksi Ketat, Pangdam: Tak Ada Ruang bagi Calo!

PEDOMANRAKYAT, PAKATTO - Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Bangun Nawoko memimpin Sidang Pemilihan Tingkat Subpanpus Penerimaan Calon Tamtama (CATA)...

Konferensi Pertama PUK Buruh Bagasi Makassar: KPBI Soroti Pentingnya Konsolidasi dan Perlindungan Pekerja

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Pimpinan Unit Kerja (PUK) Tenaga Kerja Bagasi Pelabuhan Utama Makassar yang bernaung di bawah PSBM-KPBI...