Sementara itu, H.Ashar Tamanggong mengaku bangga atas inisiatif yang dilakukan Komunitas Pecinta Ikang Cupang yang memberi kepercayaan kepada lembaga amil yang dipimpinnya bersama empat komisioner lainnya tersebut.
“Yang pasti kami bangga, karena komunitas Ikang Cupang ini merespon dengan hati yang tulus. Insya Allah, donasi ini bermanfaat bagi korban bencana. Donasi ini merupakan cerminan dari siraman ekor ikan cupang yang tak pernah berhenti menari dalam akuarium,” tutur ATM—sapaan akrabnya dengan senyum.
Yang jelas, demikian ATM, donasi yang diberikan Komunitas Ikang Cupang sedikit memberi senyum kepada para korban bencana baik Sumatera Utara, Sumatera Barat, maupun Aceh. Para korban d sana akan tersenyum karena sebagian kecil akan berubah menjadi sembako, obat, dan harapan baru.
Di bagian lain, mantan Ketua Lembaga Dakwah NU Kota Makassar itu melihat, dalam konteks bencana, “manfaat” itu tercermin melalui zakat , infak , sedekah , dan sadaqah jariyah. Zakat, sebagai salah satu rukun Islam, memiliki tujuan sosial yang eksplisit–membantu ‘asnaf’ (golongan orang miskin) termasuk mu’allaf (yang terkena musibah).
BAZNAS, sebagai lembaga resmi yang mengelola zakat secara terstruktur, berperan mengoptimalkan aliran dana sehingga sampai pada muhtasirin (penerima zakat) yang paling membutuhkan,” urai Doktor dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam dengan judul disertasi ‘Manajemen Pendidikan Karakter di MAN 2 Makassar dan SMA Islam Athirah di kampus UMI Makassar itu.
Sebelum menutup komentarnya, dai kondang kelahiran Takalar ini menegaskan, donasi kepada mereka yang menutuhkan adalah cermin yang memantulkan wajah kemanusiaan.
“Ibarat menyerahkan makanan, donasi karena Allah tidak sekadar menyerahkan bantuan, bukan pula hanya memberi makan perut, tetapi memuji martabat. Malah, menyerahkan donasi dengan cara membungkuk, bukan karena merasa lebih rendah, tetapi karena tahu bahwa kemanusiaan sejati tumbuh di ruang-ruang rendah hati,” tutup ATM. (din)

