Kurang lebih 300 hari setelah dilantik menjadi Bupati Jeneponto, Paris Yasir membuktikan komitmennya membangun Jeneponto. Dilantik pada 21 Maret 2025, bupati termuda yang dimiliki Jeneponto ini seolah dikejar “deadline”, memberesi apa yang menjadi tanggung jawab pembangunan yang kini berada di pundaknya.
Bersama Wakil Bupati Islam Iskandar, kedua pemuda energik ini bahu membahu membenahi “rumah besar” bernama Jeneponto. Satu persatu ‘batu’ potensi mereka susun kembali, menata dan diperkuat; potensi yang terabaikan oleh bupati pendahulunya. Perbaikan dan pembenahan dilakukan di semua sektor. Tidaklah gampang, mengingat sangat banyak “pekerjaan rumah” yang selama ini merah, yang harus diselesaikan jauh lebih baik lagi.
Sektor Kebersihan
Di awal memerintah, program fisik sektor kebersihan Paris gencarkan. Sampah harus diangkut dari semua titik, baik di kawasan perkotaan maupun tingkat kecamatan/desa. Perintah ini ketat, meski hujan tugas harus ditunaikan. Pemerintah daerah fokus menata kebersihan publik secara tegas dan sistematis. Penegasan ini dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petugas kebersihan sebagai garda terdepan dalam menjaga lingkungan tetap bersih. Armada dan peralatan kebersihan pun bertahap ditingkatkan.
Bersih-bersih di lingkup pemerintahan pun tak luput Paris benahi. Para oknum pejabat yang tidak ingin Jeneponto maju, perlahan Paris singkirkan. Ia sadar, mengangkat Jeneponto dari kubangan lumpur kemiskinan butuh tangan-tangan yang sehat dan kuat, bukan tangan yang sakit. Menepis adanya stigma ‘dendam politik’, Paris justru mengajak siapa saja untuk berekonsiliasi dan berkonsolidasi, jernih memandang ke depan, membangun Jeneponto yang lebih baik dan bermartabat.
Stadion Mini Turatea
Ibarat emas yang tergeletak begitu saja di depan pintu, 40 tahun sejak peresmiannya stadion mini Turatea yang terletak di jantung ibukota Jeneponto lama tak dihiraukan. Meski sempat tersentuh rehabilitas pada tahun 2017, wajah stadion mini tak berubah banyak. Banjir merubuhkan pagar stadion pada musibah 2019, seolah melengkapi wajah kusam stadion kebanggaan Turatea itu.
Paris bertindak cermat. Seolah membangunkan raksasa tidur, tidak tanggung-tanggung Paris merevitalisasi Stadion Mini Turatea berstandar FIFA. Kedengarannya berlebihan, tapi bukan berarti tidak mungkin. Stadion kumuh yang lapangannya sering dijadikan kuda memamah rumput itu, dibangun lapangan sepak bola berumput sintetis pilihan, dilengkapi jogging track standar nasional sepanjang 400 m, lintasan sprint 100 m, serta lapangan basket di salah satu sudut stadion. Paris mem-bayangkan geliat perekenomian yang lebih real.
Keberadaan stadion di sebuah daerah sangatlah strategis. Selain menjadi ikon daerah penarik investor, stadion mendorong aktivitas ekonomi yang efektif, antara lain menumbuhkan UMKM, perparkiran, transportasi dan jasa pendukung, event non-olahraga seperti konser atau pameran, sarana kegiatan sosial dan budaya.

