PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. H. Ali Yafid, menegaskan, transformasi layanan keagamaan harus dijalankan secara menyeluruh, berdampak langsung bagi masyarakat, serta berkelanjutan. Penegasan tersebut disampaikan saat membuka kegiatan Capaian Kinerja, Refleksi Kepemimpinan, dan Anugerah Kerukunan 2025 yang digelar Kanwil Kemenag Sulsel di Makassar, Selasa (30/12/2025).
Kegiatan yang mengusung tema “Transformasi Layanan Keagamaan Berbasis Nilai, Dampak, dan Keberlanjutan” itu dilaksanakan secara hybrid dan menjadi ruang refleksi sekaligus dialog terbuka antara Kementerian Agama dan para pemangku kepentingan lintas sektor.
“Transformasi layanan keagamaan tidak bisa berjalan parsial. Ia harus menyentuh seluruh aspek pelayanan publik Kementerian Agama, mulai dari penguatan kerukunan, pendidikan keagamaan, hingga tata kelola birokrasi yang akuntabel dan transparan,” tegas Ali Yafid.
Hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan dan jajaran Kanwil Kemenag Sulsel, para Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan, kepala madrasah, serta kepala Kantor Urusan Agama (KUA). Turut pula tokoh agama, tokoh masyarakat, serta mitra strategis lintas sektor, di antaranya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), organisasi kemasyarakatan keagamaan, lembaga pendidikan, dan sejumlah stakeholder terkait.
Kegiatan diawali dengan laporan Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Sulsel, H. Aminuddin, yang memaparkan capaian kinerja sepanjang tahun 2025. Ia menyampaikan, berbagai program strategis telah dijalankan sebagai implementasi Asta Protas Menteri Agama yang merupakan turunan dari Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Dalam laporannya, Aminuddin juga mengungkapkan hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI yang menempatkan Kanwil Kemenag Sulsel pada nilai 3,47 dengan kategori baik.
“Kalau kami menilai diri tentu Alhamdulillah. Tetapi yang paling penting adalah bukti di lapangan. Program berjalan, layanan dirasakan, dan dampaknya bisa dilihat langsung oleh masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan, forum ini tidak semata menjadi ajang apresiasi internal, melainkan ruang terbuka untuk menerima masukan dan kritik konstruktif dari masyarakat serta para pemangku kepentingan lintas agama.
“Kami ingin mendengar langsung masukan dari para tokoh agama, majelis lintas agama, dan tokoh pemuda, agar pelayanan keagamaan ke depan semakin relevan dan berkualitas,” tambahnya.
Dalam refleksi kepemimpinannya, Kakanwil Kemenag Sulsel menyampaikan, sepanjang 2025 sejumlah capaian penting berhasil diraih. Salah satunya penguatan kerukunan umat beragama yang tercermin dari Indeks Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Selatan yang mencapai angka 82,3.
Selain itu, Kemenag Sulsel juga terus mendorong peningkatan kualitas layanan keagamaan yang lebih dekat dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Di bidang pendidikan keagamaan, penguatan peran madrasah dan lembaga pendidikan keagamaan dilakukan melalui peningkatan mutu layanan dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Sementara di tingkat akar rumput, kata Ali Yafid, KUA diarahkan bertransformasi menjadi pusat layanan keagamaan yang solutif, tidak hanya sebatas pelayanan administrasi, tetapi juga pembinaan umat serta penguatan moderasi beragama.
Dari sisi tata kelola organisasi, lanjutnya, peningkatan akuntabilitas dan kinerja birokrasi juga menjadi perhatian. Hal tersebut tercermin dari hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI yang kembali menempatkan Kanwil Kemenag Sulsel pada kategori baik.
“Capaian ini tentu belum sempurna. Karena itu, masukan dari para stakeholder hari ini menjadi bagian penting agar layanan keagamaan ke depan semakin berdampak dan berkelanjutan,” ujar Ali Yafid.
Pada kesempatan yang sama, Kanwil Kemenag Sulsel juga menganugerahkan Anugerah Kerukunan 2025 kepada tokoh dan lembaga yang dinilai konsisten berkontribusi dalam membangun dialog, memperkuat toleransi, serta menjaga harmoni antarumat beragama di Sulawesi Selatan.
Anugerah tersebut diberikan kepada sejumlah lembaga lintas agama, antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sulselbara, Keuskupan Agung Makassar, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Sulsel, Permabudhi Sulsel, Walubi Sulsel, dan Matakin Sulsel.
Selain itu, kategori komitmen tinggi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama diberikan kepada Prof. Dr. H. Muammar Bakry, Lc., M.A., dan Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag. Sementara kategori tokoh inspiratif dianugerahkan kepada Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum.
Kegiatan ini juga menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Kepala BPSDM Provinsi Sulawesi Selatan Prof. Dr. Muhammad Jufri, Rektor Universitas Islam Makassar Prof. Dr. H. Muammar Bakry, serta Ketua Program Studi S3 Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Dr. Hj. Yuspiani.
Melalui kegiatan ini, Kanwil Kemenag Sulsel menegaskan, kerukunan umat beragama merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, bukan semata tugas pemerintah, tandas Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. H. Ali Yafid. (Hdr)

