CCTV dan tilang elektronik (ETLE) sering kali kalah wibawa dibanding kehadiran fisik Polisi. Teknologi yang seharusnya menertibkan ruang publik justru dianggap sebagai pengganggu kenyamanan.
Resolusi Tahun Baru: Berani Tidak Nyaman
Menyambut tahun yang baru, Makassar membutuhkan warganya untuk naik kelas, dan proses itu tidak akan nyaman.
Akan terasa berat ketika kita harus berjalan sedikit lebih jauh karena tak lagi bisa parkir sembarangan. Akan muncul rasa jengkel saat dipaksa mengantre tertib ketika orang lain tak lagi diberi ruang untuk menyerobot.
Bahkan akan terasa menyakitkan ketika pelanggaran dibalas denda elektronik yang bekerja tanpa kompromi dan tanpa pandang bulu.
Namun justru di situlah maknanya. Ketidaknyamanan ini adalah obat pahit yang harus kita telan bersama jika ingin kota ini sembuh. Kita perlu berhenti menuntut pemerintah membereskan segalanya, sementara kita sendiri enggan diatur dan alergi pada disiplin.
Sembari menyesap kopi hitam, Penulis memandangi hiruk-pikuk Makassar, dan menyadari bahwa ketertiban adalah bentuk kepedulian paling nyata kita terhadap sesama warga kota.
Harapan untuk Rumah Kita
Di akhir tahun 2025, mari kita buat kesepakatan dalam hati. Mari berhenti menjadi warga yang hanya menuntut hak, tapi lupa kewajiban. Mari kita jadikan tahun 2026 sebagai momentum untuk memperbaiki “infrastruktur mental” kita.
Semua harus tertib, hingga suatu hari nanti ketertiban itu lahir bukan karena takut kamera, tapi karena kesadaran hati.
Syahdan, Makassar adalah rumah kita. Dan rumah yang baik bukan yang bebas dari masalah, melainkan yang jujur melihat kekurangannya dan serius memperbaikinya.
Jangan biarkan rumah ini megah di luar, tapi keropos oleh ego penghuninya di dalam. Wallahu A’lam Bishawab.

