Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Hanzalah adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat aktif dan rajin mengikuti pengajian yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Suatu hari, Hanzalah berkata, “Suatu ketika, kami berada di majelis Rasulullah SAW. Beliau memberikan nasihat kepada kami tentang balasan perbuatan yang dilakukan di dunia ini dan balasannya di hadapan Allah SWT. Mendengar ulasan Rasulullah SAW, hati kami menjadi lembut, air mata bercucuran. Seakan-akan kami melihat secara langsung hakikat yang sesungguhnya.”
Usai pengajian bersama Rasulullah SAW, Hanzalah pulang ke rumah, bertemu istri dan anak-anaknya. Di rumah, Hanzalah bersenda gurau, tertawa ceria bersama istri dan anak-anaknya, suatu keceriaan yang berbanding terbalik dengan keadaan dirinya ketika berada di majelis Rasulullah SAW.
Tiba-tiba Hanzalah tersadar dan berkata dalam hati, “Tadi aku berada dalam keadaan yang berbeda dengan keadaan saat ini, jangan- jangan saya termasuk salah seorang munafik. Saat berada bersama Rasulullah SAW, saya menangis tersedu-sedu, mengingat akan kehidupan akhirat, namun saat bersama anak dan istri, saya lebih banyak membicarakan hal-hal yang bersifat duniawi.”
Hanzalah sangat sedih dengan kondisinya. Kemudian ia menceritakan kepada Abu Bakr perasaan yang baru saja dialaminya. Abu Bakr menjelaskan, bahwasanya perasaan yang dialami oleh Hanzalah, juga dialaminya.