Oleh Emanuel Asdiakon Baowolo, Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang
TOLERANSI sering kali dielu-elukan sebagai nilai utama di lingkungan pendidikan, terutama di kampus yang mencerminkan keberagaman masyarakat. Namun, toleransi tidak cukup hanya menjadi jargon atau slogan, ia perlu diwujudkan dalam kebijakan yang nyata dan berkeadilan.
Salah satu momen untuk membuktikan toleransi adalah dengan menghormati hari-hari besar keagamaan. Menjelang perayaan Natal, ketidakhadiran informasi resmi terkait libur dari kampus menjadi cerminan kurangnya implementasi nilai toleransi tersebut.
Berdasarkan hasil diskusi dengan Bonifasius Rahayaan, seorang mahasiswa Kristen, menyampaikan pandangannya tentang situasi ini. Hingga saat ini, belum ada kebijakan dari pihak kampus yang memberikan waktu libur khusus bagi mahasiswa untuk merayakan Natal.
Toleransi sering diperdengarkan, tapi nyatanya kami, sebagai minoritas, tidak merasakan penerapan yang nyata. Ungkapan ini menggambarkan bagaimana mahasiswa dari kelompok minoritas merasa kurang mendapat ruang untuk menjalankan keyakinannya secara leluasa di lingkungan yang mayoritasnya berbeda.