PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Tumpukan karung bawang merah menumpuk di sudut rumah produksi “Cahaya Nur” di Jalan Batudoang, Kelurahan Kapasa, Tamalanrea, Makassar.
Selama bertahun-tahun, belasan pekerja di usaha kecil itu harus membawa pulang sebagian karung untuk dikupas manual. Prosesnya lambat, melelahkan, dan sering membuat produksi tersendat.
Kini pemandangan itu mulai berubah. Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) memberikan bantuan berupa mesin pengupas bawang merah bertenaga listrik setengah tenaga kuda (½ HP), Rabu, 17 September 2025 lalu.
“Alhamdulillah, jauh lebih ringan. Kami tidak perlu lagi bawa pulang bawang untuk dikupas,” kata Rosi, ketua UMKM “Cahaya Nur”, kepada media ini, Minggu, 21 September 2025.
Bantuan ini merupakan bagian dari program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) PNUP. Selain mesin, tim pengabdian masyarakat kampus itu juga mendampingi usaha kecil tersebut dalam manajemen bisnis, pengurusan izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), sertifikasi halal, hingga pemasaran digital lewat situs web.
Selama lebih dari satu dekade, ungkap Rosi, usaha bawang goreng “Cahaya Nur” berjalan di tempat.
“Dengan sepuluh karyawan, mereka sanggup mengolah satu ton bawang tiga hingga empat kali per bulan,” ujarnya.
Menurut Rosi, keuntungan bersih yang diperoleh sekitar Rp13 juta per bulan. Angka itu tak banyak berubah karena persaingan kian ketat dengan kompetitor yang lebih dulu memanfaatkan pemasaran daring dan jaringan ritel modern.
“Bottleneck alias hambatan atau titik lemah dalam sebuah sistem yang membatasi kinerja keseluruhan, sehingga memperlambat aliran proses atau keluaran yang diinginkan, ada di pengupasan. Kalau manual, waktu habis di situ,” kata Abdul Salam, ketua tim PKM PNUP.