Di tempat tersebut sang Sultan bertemu dengan beberapa orang dan menjelaskan kalau dirinya baru saja terdampar. Di tempat tersebut Sultan tinggal kurang lebih tujuh tahun lamanya.
Setelah merasa lelah, Sultan menuju ke tempat dimana ia terdampar. Saat waktu shalat tiba, Sultan mengambil wudhu dan membasuh muka ke dalam air, tiba- tiba Sultan mendapati dirinya sudah berada di istana di depan bejana air, Syaikh juga para cerdik pandai.
Tiba- tiba Sultan berkata,”Tujuh tahun di pengasingan, hidup dalam penderitaan”. Syaikh berkata,”Tujuh tahun baginda hidup di pengasingan bersama sebuah keluarga besar yang harus dihidupi. Tidak kah Sultan takut kepada Allah SWT?”.
Selanjutya Syaikh berkata,”Tujuh tahun berlalu bagi Baginda, seperti sekarang Baginda pahami, dalam waktu singkat kepala Baginda tercelup dalam air. Ini terjadi melalui kehendak Allah SWT., dan tidak membawa arti apa pun kecuali penggambaran atas apa yang terjadi. Ini bukanlah persoalan apakah sesuatu telah terjadi dan bukan pula sesuatu yang penting. Segala sesuatu bisa terjadi. Tetapi, yang penting adalah arti dari peristiwa itu. Dalam hal Baginda, tidak ada artinya, dalam Rasulullah SAW., peristiwa Isra dan Mi’raj adalah sesuatu yang sangat bermakna”.
Selamat merayakan Isra dan Mi’raj, semoga kita senantiasa menjadikan shalat sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari- hari.
Allah a’lam
Makassar, 28 Februari 2022

