Khalifah tidak percaya akan hal ini, kemudian Khalifah meminta salah seorang kepercayaannya untuk mencium torbus milik Abu Nawas. Setelah mencium torbus Abu Nawas, orang tersebut berkata, “Subhaanallah ………. betapa indahnya pemandangan yang ada di surge.”
Kemudian salah seorang menteri diminta untuk mencium torbus Abu Nawas. Setelah menciumnya, sang menteri berkata, “Masya Allah, betapa cantiknya para bidadari sorga.”
Seluruh menteri yang mencium torbus Abu Nawas memberi komentar yang sama, yakni melihat keindahan sorga.
Akhirnya, tiba giliran Khalifah Harun al-Rasyd, saking penasarannya, Khalifah beberapa kali mencium torbus Abu Nawas. Setelah menciumnya, Khalifah berkata, “Wahai Abu Nawas, seisi ruangan ini menyatakan melihat surga ketika mereka mencium torbus anda. Berarti mereka semua adalah orang jujur, kecuali saya.”
Abu Nawas penasaran, “Mengapa ya Khalifah?”
Khalifah berkata, “Beberapa kali saya mencium torbus anda, dan setiap kali saya menciumnya, bukannya bau wangi atau pemandangan surga yang saya rasakan, melainkan bau pesing dari keringat anda.”
Sambil tersenyum Abu Nawas berkata, “Ya Khalifah, di sini letak masalahnya. Mereka yang mengaku mencium bau wangi dan melihat bau surga dari torbus saya, adalah mereka yang hanya ingin menyenangkan dan menggembirakan anda. Mereka memberi laporan tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat, dikarenakan mereka takut dipecat.”
Mungkinkah ini yang disebut mujur? 😁😁😁. Orang menjabat bukan karena kapasitas dan profesionalitas, tetapi berdasarkan pendekatan (penjilat?) kepada penguasa?
Tapi biarlah hal ini terjadi, hal tersebut mungkin sudah menjadi rezeki bagi mereka, semoga mereka ingat bahwasanya apa yang mereka lakukan hari ini, akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT.
Mari kita nikmati lagu Iwan Fals, agar pikiran tetap fresh…😁😁😁. Allah A’lam
Makassar, 21 Maret 2022