Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Salah satu kisah fabel yang menyerupai satu kisah dari Rumi, sebuah fabel populer Majnun Qalandar, yang melakukan pengembaraan kurang lebih 40 tahun lamanya, pada abad ke-13.
Ada seorang lelaki, yang telah lama mempelajari dan berupaya memahami makna dari suara yang dikeluarkan oleh binatang, suatu hari, lelaki tersebut memasuki sebuah desa yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi. Pastinya, lelaki ini tidak secerdas Nabi Sulaiman AS.
Dari kejauhan, lelaki tersebut melihat seekor keledai, yang baru saja meringkik, di sampingnya ada seekor anjing, menggonggong dengan suara tinggi.
Lelaki tersebut berupaya mendekati kedua ekor binatang yang dianggapnya sedang membicarakan sesuatu. Setelah mendekat dari keduanya, barulah lelaki tersebut berupaya memahami makna dari suara yang dikeluarkan oleh keduanya.
Dari gonggongan anjing, lelaki tersebut memahami maksudnya, yakni “Semua pembicaraanmu hanya berkisar tentang rumput dan hamparan padang rumput, sementara aku menunggumu untuk berbicara tentang kelinci dan tulang, ini sangat menjenuhkan.”
Mendengar hal tersebut, sang lelaki berkata, “Tunggu dulu, satu hal yang harus kalian berdua ketahui, rumput kering bisa berkedudukan sama dengan daging.”
Mendengar ucapan lelaki tersebut, keledai dan anjing berhenti sejenak dan menoleh kepada sang lelaki. Anjing menggonggong sebagai ungkapan tidak menerima apa yang disampaikan sang lelaki, sementara keledai menggunakan kaki belakangnya menendang lelaki tersebut hingga pingsan.
Merasa sudah tidak ada yang mengganggu pembicaraan mereka, kemudian keduanya melanjutkan perdebatan yang sebelumnya terpotong oleh ucapan sang lelaki. Allah A'lam
Makassar, 27 Maret 2022