PEDOMANRAKYAT.MANADO---Memasuki hari- hari terakhir bulan penuh berkah, umat Islam berusaha tampil sebaik mungkin dalam beribadah.
[caption id="attachment_11793" align="alignnone" width="300"] Bersama keluarga.saat acara buka bersama (Foto;pedomanrakyat.co.id)[/caption]
Umat seakan berlomba memperbanyak shalatnya, menambah panjang kiraahnya. Tidak terkecuali ibu-ibu dalam menyiapkan makanan pembatal puasa (buka). Salah satu penganan/ makanan yang disajikan adalah Bubur Manado.
Tinu Tu'an demikian nama aslinya, adalah makanan khas dari Minahasa Sulawesi Utara. Konon, makanan ini paling digandrungi pembesar Belanda kalau berkunjung ke Minahasa.
Sayur segar tanpa pestisida ketika itu, menjadi daya tarik Tinu Tu'an. Bahannya dominan sayur segar semisal kangkung, bayam labu kuning, gedi, ubi, jagung dan beras. Supaya beraroma sedap harus dicampur, daun kuning serei, daun bawang, balakama ( cemangi) bawang putih. Jagung, beras direbus lebih dulu, kemudian labu dan ubi. Singkong dibiarkan hancur bersatu dengar air lalu dimasukan sayur mayur dan cemangi. Langsung disajikan bersama ikan cakalang fufu. Akan lebih sedap lagi kalau cakalang fufunya digoreng. Jadilah bubur Manado yang terkenal itu.
"Masak bubur Manado di daerah lain, tentu disesuaikan dengan selera dan kelompok sayur yang tersedia," tutur seorang ibu yang bertugas mengatur takjil.
Memasuki Ramadan ke 25 salah seorang jamaah menyajikan Tinu Tu'an untuk buka bersama di Masjid Sabilul Muhtadin Paal Dua Manado yang juga dihadiri Ketua Bada Takmir Muhammad Syafri Kadir SE MAP.
Sajian yang ada cukup bervariasi. Ada Lalampa isi Rica Roa. Kalau di Makassar disebut gogos. Ada pastel ( jalan kotek ) dan banyak lagi yang lain. Tapi saya yang mulai menjauhi gorengan, tentu memilih Tinu Tu'an.
Bukan saja karena aromanya menarik selera, tapi juga karena hampir semua jamaah laki- laki yang 20 an orang lebih memilih bubur Manado. Terima kasih ibu- ibu muslimah Paal Dua, berkah ramadhan menyertai kita semua.
Seorang tokoh masyarakat di Paal Dua yang sering dipanggil om John, dengan bangga menceritakan Gus Dur ketika berkunjung ke Sulawesi Utara sebagai presiden tiap pagi mencicipi makanan asli dari Minahasa tersebut.
(H. Yasmin Tendan).