Orang tersebut berkata, “Wahai Malik, orang Khurasan yang sangat dermawan. Aku tidak lain adalah dirimu sendiri, yang saat ini seakan-akan nyata di hadapanmu, dikarenakan anda telah melakukan tindakan kedermawanan yang luar biasa. Oleh karena itu, dikarenakan anda telah melakukan suatu perbuatan yang luar biasa, yakni keberanian membagikan harta tanpa merasakan kepuasan pribadi, maka aku hadiahkan kepadamu suatu hadiah dari sumber anugerah sejati.”
Orang tersebut melanjutkan, “Di hari esok, aku akan muncul di hadapanmu dengan cara seperti ini setiap hari. Pukullah aku, dan aku akan berubah menjadi emas. Silahkan ambil emas dari wujudku sebanyak yang anda inginkan. Jangan takut bahwa anda akan menyakitiku karena apa pun yang anda ambil akan diganti oleh sumber segala rahmat.”
Keesokan harinya, Abdul Malik sedang duduk bersantai dan ditemani oleh salah seorang sahabatnya, Abdul Rahman, tiba-tiba ruh Darwis yang semalam hadir, muncul di hadapan mereka.
Abdul Malik mengambil tongkatnya dan memukul Darwis tersebut, saking kuat pukulan yang dilayangkan, sang darwis jatuh ke lantai dan berubah wujud sebagai emas. Abdul Malik mengambil beberapa keping emas untuk dirinya, dan sebagian diserahkan kepada sahabatnya, Abdul Rahman.
Abdul Rahman yang tidak memahami kejadian tersebut merasa heran dan langsung mengambil kesimpulan bahwa dirinya dapat melakukan hal yang sama. Dalam benaknya muncul satu keyakinan, para Darwis memiliki kekuatan aneh dan untuk mendapatkan emas cukup dengan memukuli mereka.
Untuk mendapatkan banyak emas, Abdul Rahman mengundang para darwis ke rumahnya untuk menikmati hidangan yang ia suguhkan. Setelah para darwis menikmati makanan yang dihidangkan, dan ia merasa mereka semua telah kenyang, Abdul Rahman nengambil sebuah tingkat besi dan memukuli para Darwis satu persatu. Beberapa di antara mereka jatuh tersungkur ke lantai akibat kuatnya pukulan yang dilayangkan.
Beberapa di antara para Darwis yang selamat, melaporkannya ke pengadilan, tidak lama kemudian Abdul Rahman ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Akhirnya, ia menyadari bahwa para Darwis hanyalah manusia biasa sebagaimana dirinya. Allah A’lam. ***
Makassar, 15 Mei 2022