Berkaitan dengan pengembangan literasi, Yani Prayono mendorong dosen Sastra Indonesia Unhas menulis bahan bacaan untuk para murid dan siswa dan juga untuk mahasiswa. Sekadar perbandingan, pada tahun 2021 sebanyak 700 buku dicetak secara nasional yang kontennya sebagai bahasan bacaan anak didik. Negara Arab Saudi saja pada tahun 2021 mengirim 2.000 judul buku cerita dalam bahasa Arab.
Dr. Faisal Syam sebagai representasi instansi penerima lulusan Sastra Indonesia Unhas mengatakan, tidak mudah bagi Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas melacak para alumninya. Cukup bekerja sama dengan bagian alumni dan meneliti nama mereka pada buku wisuda.
“Lacak mereka itu melalui media sosial. Pasti akan ditemukan. Pada umumnya, mereka memiliki komunitas atau grup media sosial,” ujar Faisal Syam.
Wartawan senior Harian Fajar ini mengatakan, tidak sependapat dengan ungkapan alumni Sastra Indonesia mencari pekerjaan, tetapi lebih setuju mereka memberi pekerjaan. Dia memberikan contoh, dari 12 posisi di media yang dipimpinnya, 10 di antaranya ditempati oleh alumni dari Sastra Unhas.
“Alumni Sastra Indonesia Unhas ini mudah beradaptasi,” ujarnya kemudian menambahkan, tantangan yang dihadapi alumni Sastra Indonesia ke depan adalah bagaimana membumikan bahasa Indonesia di negerinya sendiri. Faisal juga mengkritik judul kegiatan yang masih menggunakan “gathering”. Namun Ketua Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas Dr. Hj. Munira Hasyim, SS, M.Hum langsung mengklarifikasi.
“Jika tidak menggunakan kata “gathering”, Unhas menganggap kami belum melaksanakan kegiatan,” perempuan cantik yang pernah mengajar di Korea Selatan ini menjelaskan alasan pemilihan kata asing tersebut.
Usai diskusi yang dipandu Indar, SS, M.Hum, dilanjutkan dengan tanya jawab. Ternyata paparan dua pemateri tersebut memantik semangat dari pengajar Sastra Indonesia FIB Unhas mengajukan berbagai usulan dan saran.
Dra. Nursa’adah, Prof. Dr. H. Muhammad Darwis, MS, Prof. Dr. Lukman, MS, Dr. Hj. Nurhayati, M.Hum, dan Prof. Dr. A. B. Takko, M.Hum tampil bertanya. Para penanggap atau penanya ini pada umumnya menginginkan adanya kolaborasi dan kerja sama fungsional antara Balai Bahasa Sulsel dan Departemen Sastra Indonesia FIB Unhas dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan bahasa di daerah ini. (MDA)